Syifa, teman satu broker, satu fakultas, satu kamar, satu rumah, satu hobby denganku, dalam tanda kutib " hoby jalan-jalan", kemana-mana selalu berdua, sehingga kami berdua mendapatkan laqob "sity safariyah".
Dia hanya tersenyum melihat sikapku yang salting, aku segera membalikkan badan tak menghiraukannya, ku turuni anak tangga dengan kaki kaku, lunglai penuh nyeri.. Tapi itu tak menyurutkanku untuk terus menuruni anak tangga satu demi satu agar tak terhujani sejuta pertanyaan yang akan di lontarkannya kepadaku.
"Adellia tunggu!" suara agak cempreng itu memanggilku.
"Ahh..sial, kenapa dia mengejarku?" bisikku dalam hati.
Selain hobby jalan-jalan, Syifa juga hobby mengorek-ngorek masalah yang sedang di hadapi oleh teman dekatnya diantaranya, Aku. Rasa ingin tahunya terlalu tinggi. Menurut sebagian orang, Syifa adalah anak Hawa yang perfect. karakter  seperti Syifa jarang sekali dimiliki kebanyakan orang.
Syifa yang care, yang familiyar, yang sumeh. Ahh...Syifa kau memang sosok Hawa yang perfect. Tapi maafkan aku, aku tidak bisa menceritakan masalah ini kepadamu, karena menurutku ini adalah privasi yang tak perlu di publik di khalayak umum.
"Adelliaaa...tungguuu!" lagi- lagi suara cempreng yang setengah berteriak itu terdengar oleh telingaku.
"iyaaaa.." ucapku setengah berteriak, tak mahu kalah.
"kelihatannya kau takut sekali kehilangan aku ya!" ucapku kepadanya dengan nada bergurau.
Ku ukir senyum simpul di bibir ini untuk mengelabuhinya, agar tak terlihat olehnya, bahwa sahabat karib yang didepan matanya ini sedang mengalami goncangan jiwa yang dahsyat, akibat lembaran-lembaran lusuh dari sad memory yang terbuka tanpa ada unsur kesengajaan.
"kamu kenapa Adellia?" pertanyaan itu lagi yang terucap dari bibirnya yang sigar jambe.