Mohon tunggu...
Asmaul Husna
Asmaul Husna Mohon Tunggu... -

student of Al-azhar university cairo egypt

Selanjutnya

Tutup

Puisi

KCB (Ketika Cinta Berlebay)

17 April 2011   20:44 Diperbarui: 6 Juli 2015   04:12 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikala aku duduk termenung seorang diri, sembari ditemani lantunan merdu milik Ashalah, arad leh illi ultu kan kifayah wa ullak eih# wa ullak eih ya'nil kalam wa'til furaq haifit bieih dari MP5 mungilku. Kira-kira seperti itu liriknya. Tiba-tiba dua orang menghampiriku dan membuyarkanku dari hayalku yang sangat panjang, sepanjang rel Metro Anfaq bawah tanah.Mereka datang menghampiriku dengan membawa segudang cerita, mulai dari cerita yang lucu hingga cerita yang ma yanfasy, menurutku. Tapi aku sangat bahagia dengan kehadiran mereka, setidaknya, mereka mampu mewarnai hari-hariku yang kian kelabu.

"Eh, Wahyu, kita tidak boleh membiarkan dia sendirian" Ujar Syifa pada Wahyu.

"Kenapa memangnya" Tanya Wahyu."Kalau sendirian, dia suka ngelamun, ngelamunin mantan pacarnya, dia ditinggal nikah sama mantan pacarnya" Ucap syifa.

"Ihh apaan sih, dasar tukang usil!" Sambungku sewot.

Syifa pun meninggalkan kami berdua di pinggir pantai Matruh, ia harus menyiapkan makan siang untuk peserta rihlah, karena ia masuk dalam susunan panitia penyelenggara.

"Satu almamater sama Syifa?" Tanyaku sembari mencairkan keheningan yang menghantui kami sedari kepergian Syifa.

"Bukan, saya satu konsulat sama dia" Jawabnya.

"Adell, suka pakai celana ya, kalau bisa, cewek itu jangan pakai celana, nggak indah dipandangnya" Sambungnya.

Aku terdiam sesaat, tak kuasa aku mengukir kata-kata. Hanya diam seribu bahasa yang aku lakukan. Ya...diam, adalah senjata paling ampuh untuk mengatasi masalah, menurutku."Pakai celana atau nggak, apa pedulimu, toh aku bukan siapa-siapa kamu, yang penting aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi aurat-auratku. Toh , meskipun aku pakai celana, baju yang aku pakai juga panjangnya menutupi lutut.sok ngatur banget sih jadi orang" Gumamku dalam hati.

***

Lantunan shalawat nabi  di temani suara gemuruh rebana. Rebana, sebuah alat musik pukul yang terbuat dari kulit kambing, yang identik dengan cirri khas islam klasik  memenuhi ruangan KSW. Dalam memeriahkan acara halal bihalal.Acara halal bihalal pun telah usai. Ku turuni anak tangga dengan suasana hati biasa-biasa saja, menuju rumahku tercinta Shaqar Quraisy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun