Mohon tunggu...
Asmaul Husna
Asmaul Husna Mohon Tunggu... -

student of Al-azhar university cairo egypt

Selanjutnya

Tutup

Puisi

KCB (Ketika Cinta Berlebay)

17 April 2011   20:44 Diperbarui: 6 Juli 2015   04:12 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perempuan membantu laki-laki. Perempuan membantu dirinya, perintah mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh ini pun sangat sesuai. Kalau direnungkan, sebenarnya lelaki itu, secara alamiah bersikap lebih agresif dan imajinatif. Maaf-maaf saja ini pengakuan jujur dari kaum laki-laki. Dengan melihat perempuan secara sepintas saja, seorang laki-laki akan bisa menampilkan gambar lengkap perempuan tersebut sesuai dengan imajinasinya. Maaf sekali lagi, silahkan koreksi terutama dari laki-laki, kalau perempuan lewat di depan laki-laki walaupun perempuan tersebut berpakaian lengkap, laki-laki itu bisa menampilkan gambarannya dalam keadaan, maaf, telanjang! Inilah laki-laki. Makhluk yang sangat menderita dengan dirinya karena sifatnya ini, makhluk yang katanya perkasa tetapi sangat rapuh terutama oleh gangguan imajinasi-imajinasinya. Makanya panduan ketat diberikan kepada laki-laki. Apabila bertemu dengan perempuan segeralah tundukkan pandangan. Apabila sudah siap, bagi yang belum menikah segeralah menikah. Bila belum mampu, puasalah. Ini sebagian panduan kepada laki-laki. Berat. Jadi, perintah menutup aurat itu juga sekalian membantu laki-laki agar jangan terlalu sering muncul sifat liarnya. Karena dengan pesonanya, perempuan dapat menjatuhkan laki-laki hanya dari sudut kerling matanya. Sekali lagi, ini tanggung jawab kita semua". Begitulah isi dari blog yang aku baca.

Butiran permata menjatuhi pipiku dengan lembut. Perempuan berpakaian lengkap pun, laki-laki mampu menampilkan imajinasinya yang sedemikian rupa. Bagaimana dengan aku yang keseharianku memakai celana, yang sekilas menampakkan bentuk betisku. Aku terbuai dalam isak tangisku menyesali diri yang tak kunjung menyadari bahwa dengan memakai celana atau berpakaian press body dsb termasuk upaya peningkatan liarnya laki-laki dalam menyempurnakan imajinasinya. Astaghfirullah...

Tidak salah jika Wahyu Hadi pernah menegurku. Aku yang salah karena tidak menggubrisnya. Sejak saat itu, aku berusaha untuk meminimalisir dalam pemakaian celana. Ya...yang biasanya hampir setiap hari aku memakainya, kini, satu minggu sekali aku membalutkannya untuk menutupi betis indahku. Karena merubah diri tak semudah membalik telapak tangan, semuanya membutuhkan proses, proses menuju kebaikan yang sempurna.

***

Kala pagi datang dengan secercah sinar mentarinya,seraya di ikuti merdunya kicauan burung-burung, Syifa menghampiriku yang tengah duduk manis di depan layar laptop berukuran 14 inchi. Ia datang dengan membawa kabar gembira, menurutnya.

Ia menceritakan, bahwa Wahyu Hadi akan menyatakan perasaannya nanti malam, kabar burung itu, ia dapatkan dari kawan satu rumahnya; Wahyu Hadi. Dan aku mendengarkannya dengan seksama, tak lupa, akupun menyarankannya untuk mempersiapkan jawaban-jawaban. Ya...jawaban untuk menolak atau jawaban untuk menerima pernyataan cintanya; Wahyu Hadi.

Kurebahkan tubuhku yang semakin kurus ini, ke bibir ranjang peristirahatanku. tak terasa pecahan crystal menetes lembut di atas pipiku, ketika wajah laki-laki yang pernah mengisi hari-hariku; Rizqi Permana terlintas dalam hayalku, kenangan bersamanya saat bahagia. Robby, bantu hamba untuk melupakannya.

Tiba-tiba, aku dikagetkan dengan suara ponsel isyarat ada message yang masuk. Message yang bertuliskan, " Salam...Adell apa kabar?. Oh ya, kira-kira Adell sibuk nggak hari ini, kalau nggak, nanti malam ba'da maghrib, aku tunggu didepan Syabrawi, Al-hayyussabi', ada hal yang ingin aku bicarakan 4 mata denganmu. Syukron, salam...".

Spontan aku tercengang dengan datangnya message itu, message dari Wahyu Hadi. Sosok laki-laki tercerewet yang aku kenal, mengajakku meeting berdua saja; aku dan dia, kenapa harus aku, kenapa tak berbicara langsung pada Syifa, bukankah tujuan dari meeting adalah membahas kelanjutan hubungan antara dia dengan Syifa.  Ahh...barangkali ia merasa malu dengan urusan yang satu ini, urusan yang sangat sensitive menurut kebanyakan orang, sehingga  harus menggunakan perantara. "Pikirku".

***

Didepan Syabrawi, berdiri sosok laki-laki tinggi besar, berambut hitam bergelombang, tengah bolak-balik, kekanan kekiri, kedepan kebelakang, gelisah menunggu kedatanganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun