Harita tampak kesal. Ia marah pada Hatta. Aghni mencoba menenangkan.
  Di tengah konflik Hatta dan Harita, Rajendra bicara, "Sekarang sudah tau kan? Sudah jelas. Semua harus seimbang. Mata ganti mata, nyawa ganti nyawa."
  "Kau jelas salah Rajendra. Kau salah," Harita yang sudah tak tahan, berlari, mencoba menyerang Rajendra. Tibra bersiap melawan, namun dihalau Rajendra.
  "Sudah jelas sekarang semuanya, aku tetap di sini. Temui adikmu ini kembali, saat kau telah mengerti semuanya bang. Kamu pasti bisa bang, aku akan menunggumu. Masih ada waktu," Arunika tersenyum. Semua anggota Kelompok Angkara menghilang seketika. Bahkan sebelum Harita sempat menyerang.
  Sepi. Terdengar tangisan Hatta.
  "Maafkan aku Harita, ini semua salahku. Jika saja waktu itu-"
  Harita memotong, "Sudahlah, aku memaafkanmu. Ayo kita cari adikku kembali, kita pasti bisa."
  "Iya betul.. ayo berjuang bersama." Aghni membuat semangat Harita dan Hatta berkobar seperti api.
  Baru saja mereka berdamai dengan keadaan, tempat itu berguncang. Erupsi? Bukan, ini rencana kelompok Angkara. Mencoba meledakkan markas, membunuh mereka bertiga, sekaligus memicu erupsi. Gawat.
  Tiba-tiba, keris yang dibawa Harita bercahaya. Makin lama makin terang, lebih terang dari mentari.
-- -- --