"Hahaha.. sudahlah, Putri. Itu hanya permainan kecil. Harita pasti masih selamat," Jawab Rajendra.
   "Wah.. ternyata kau punya rencana lain. Melarangku untuk melawan. Jenius," puji Tibra. Tibra memotong percakapan Arunika barusan. Arunika kesal, marah pada Rajendra. Ternyata memang jahat.
   "Hei Tibra, itu semua ideku. Bagaimana cerdik bukan. Walaupun gagal, tak apa. Itu semua karena Harita punya keris legendaris itu," Bora berbicara. Ia adalah anggota keempat di kelompok Angkara, yang terpintar.
   "Keris legendaris?"
   "Ya, keris itulah yang pernah hampir menghancurkan kelompok Angkara. Tapi kita berhasil lolos, dengan tujuh anggota tersisa. Itulah mengapa, aku melarang untuk melakukan perlawanan. Kita harus berterimakasih pada Vayu. Dia yang sudah memberitahuku bahwa Harita memiliki keris itu."
   "Haha.. ya itu aku, Vayu. Aku memata-matai Harita waktu ia menemukan keris itu. Hampir ketahuan, tapi aman. Aku bergerak bagaikan angin," Vayu bicara dengan nada sombong. Ia adalah anggota kelima, pintar mengendap tanpa diketahui. Mata-mata terbaik di kelompok Angkara.
   Dalam percakapan mereka, dua anggota angkara lainnya masuk. Anggota keenam dan ketujuh. Mereka kembar, Grha dan Gama.Â
   Grha sangat pandai membangun, Ialah yang membuat Bunker Angkara. Dalam sekejap. Dan Gama adalah pembuat senjata terbaik di Kelompok Angkara.
   Mereka tampak cemas. Menyadari sesuatu. Arunika telah kabur. Mereka mencarinya tapi tak dapat menemukannya.
   "Ahh.. cari dia!! Cepat!!" Rajendra menyuruh semua anggota.
   "Siap Tuan," seluruh anggota kompak menjawab.