“Aku perlunya ucapan maaf untuk semuanya”, katanya dan menarik tanganku.
Aku terhenti dan menarik kembali tanganku. “Maaf apa? Aku gak punya salah apa-apa sama kamu”
“Lupa ya? Kamu sudah bikin aku jatuh beberapa hari lalu. Dan kamu gak pernah respon baik setiap aku ajak bicara. Yang ada jawabannya gak nyambung.”, katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Aku refleks melihat matanya. Sekitar 5 detik menatap matanya tanpa berkedip, dia pun membuyarkan lamunanku. “Hei! Bisa ngomong gak sih? Kok diam aja”
“Soal jatuh itu maaf. Yang lain gak perlu. Udah itu aja, masih ada pesanan lain yang harus kuantar”, aku berlalu dari hadapannya dan meninggalkan tempat itu.