"Ayah, Ibu!"
Aku berteriak kencang. Tidak salah lagi, itu suara mereka.
"Ayah! Ibu!"
***
"Bangun, Sayang. Bangun!"
Â
Pelan, kubuka mata. Langit-langit kamar bercat putih itu terpampang jelas. Hah! syukurlah. Semua hanyalah mimpi.
"Pulas bangat tidurnya. Udah jam delapan, loh. Bukannya kuliah pagi?"
Aku menyengir lalu memeluknya, "Tadi mimpi buruk, Bu. Ayah mana?"
"Sudah dari tadi ke kantor. Lain kali baca doa tidur, Sayang."
"Kenapa harus berdoa?"
"Karena dengannya, kau temukan kedamaian."
"Baiklah. Lain kali, aku akan tidur bersamanya."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!