"Aku tidak membawa ponsel, saking buru-buru."
Kupalingkan wajahku jengah, "Lalu, bagaimana dengan pria itu?"
"Perihal dia, aku tidak bisa menemukan alamatnya,"
'Bohong! Katakan saja kalau dia pamanmu, bodoh!' batinku, emosi.
"Sudahlah. 'tak mengapa," ektingku.
"Makasih yaa, Sayang. Kau benar-banar pengertian."
Cih. Membuatku ingin muntah.
"Mau makan malam di rumahku?" tanyaku, akhirnya.
"Jika kutolak, kapan lagi kau akan mengajakku makan."
***
"Ini namanya, sup daging langka," ucapku sambil menuangkan sup ke mangkuk. Rizki hanya mengangguk sambil tersenyum, tidak sabar melahap. Yah, siapa yang tidak ingin menyantap sedang aromanya kian memikat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!