Kebiasaan itu sudah diketahui oleh penggemarnya dan diceritakan di blog-blog bahwa Laras suka menatap langit karena menenangkannya. Di ranjang tidurnya dia menatap ke arah langit dengan mendung-mendungnya yang tersisa.
“Aku ini kenapa? Kok susah lupa sama dia? Entahlah, semoga kita bisa bertemu lagi ya.” Lamunan menggiringnya hingga dini hari itu yang terang oleh purnama.
Hari itu berlangsung biasa buat hidup Laras, kuliah, tampil di event, dan latihan. Namun, ekspresi mukanya nampak memikirkan sesuatu. Pria itu ada di antara keruwetan pikirannya. Remaja yang baru merasakan perasaan ini jadi dilema antara perasaannya yang berbenturan dengan aturan utama yang membelenggunya. Tapi dia ingin kenal lebih jauh dengannya. Mungkin ke toko bukunya atau kedai itu lagi, jadi bisa bertemu dan saling kenal. Sekarang dia membayangkan film bertema mata-mata seperti Mission Imposible, James Bond. Menyamar tanpa diketahui orang.
“Laras Fokus!” Teriak pelatih dance Sakura Secret.
***
Senja sudah nampak, hujan belum juga reda. Kehangatan nampak dalam toko buku itu. Nana, adik sepupu Hazni cukup bisa menghidupkan suasana lebih ceria dengan obrolan mereka sambil menjaga toko. Pandangan mereka kemudian tertuju ke sosok bermasker dan memakai tudung jaket untuk menutup kepalanya.
“Hai!” Sapa dia setelah melepas masker dan tudungnya.
Mereka bertiga bengong, Nana tak lama kemudian mau menjerit namun buru-buru Laras memberi isyarat untuk diam.
“Aku masih gak percaya kalau kakak ini Laras, kok bisa ke sini kak? Maksudku ada apa kak?” Tanya Nana ke Laras.
“ Cuma pingin main aja, boleh kan?” Jawab Laras sambil melempar senyum indahnya yang membuat Nana makin antusias. Nana bagai wartawan yang terus bertanya sementara kakak sepupunya dan Sabil membuatkan minuman dan roti bakar.
“Maaf ya cuma ini yang ada di kulkas, lupa tidak belanja.” Hazni dan Sabil kemudian ikut duduk bareng di meja kecil di lantai atas toko buku itu. Mereka memang biasa berkumpul di situ saat toko sudah tutup dan kedai adik sepupunya libur.