Mohon tunggu...
Deb89
Deb89 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Panggung Tak Sama

5 November 2015   09:35 Diperbarui: 5 November 2015   10:31 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Laras bangkit dan bilang mau ke toilet sebentar, namun dia berhenti di lorong antara ke toilet dan ke dapur. Dia berhenti seperti sedang menunggu dengan bersandar di tembok merah itu. Tiap pintu dapur terbuka dia menoleh ke situ kemudian menunduk lagi. Pintu dapur itu terbuka lagi dan dua orang saling bertatap mata dari jarak lima meter dengan terdiam.

“Ehmm hai! Aku suka...” Suara tepukan tangan live music dan kegugupan Laras menghentikan perkataannya.

“Haa? Apa?” Hazni sadar dari bengongnya dan dengan pipi merah juga salah tingkah menanyakan maksud dari Laras.

“Novel pilihanmu aku suka. Aku baca, ceritanya bagus. Terima kasih ya.” Dia balik lagi ke teman-temannya dengan tersenyum ceria, puas karena yang mengganggu pikirannya beberapa hari ini tuntas. Hazni lagi-lagi diam bingung, otaknya serasa beku. Lagu “The Only Exception” milik Paramore pun berlanjut dari band di tengah hujan ketika Ikaru sibuk minum karena kepedasan, disampingnya Sanin geleng-geleng kesal ke “anaknya” itu.

You are the only exception
You are the only exception
You are the only exception
You are the only exception

Musim hujan belum berlalu, angin masih terasa dingin di kota ini. Dua manusia sedang menatap langit selepas hujan malam itu. Langit cerah berbintang yang mereka sukai.

Sabil memberikan dorongan ke kawannya itu yang gelisah, “Udah kamu pergi saja sana ke tempat pertunjukannya biar tahu dunianya, toko buku biar aku yang jaga, gampang.”

“Gimana ya, hmmm.” Hazni nampak bingung.

“Pergi saja, hitung-hitung pengalaman baru kan pergi ke pertunjukannya. Nanti aku daftarin cari tiketnya. Biar kamu tahu dia kayak apa kalau di pertunjukkan, banyak lho yang delusiin dia, apalagi kalau pas pakai seragamnya, wuih cantik banget. Lagunya juga bagus-bagus kok, jadi apa lagi yang kamu pikirkan?” Sabil kemudian pergi ke bawah untuk membuat kopi.

“Aku cuma gak yakin apa benar dia yang di kedai itu, sang idola yang mengatakannya. Oke aku akan pergi.” Bintang-bintang buat Hazni makin betah rebahan.


***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun