“Maaf, maafkan aku. Ini demi kamu dan mimpimu.” Tulis Hazni.
“Aku benci alasanmu, aku bisa berusaha meraih mimpiku lebih cepat dengan dukunganmu. Tapi kamu menghilang, aku harus berusaha dua kali lipat untuk itu. Ketakutanmu tentang aku buat kita menderita.” Laras semakin larut dalam tangisannya.
“Maafkan aku, kamu sekarang hidup dalam impianmu. Jalani dengan keyakinan dan aku senang melihatmu bahagia dengan Miura. Katakan padanya kalau kamu bahagia dengannya dan selamanya dengannya akan jadi cinta yang tulus” Hazni dengan tenaga-tenaga terakhirnya menulis pesan untuk Laras.
“Bodoh, bodoh,kamu bodoh Haz. Meskipun aku idol yang terlihat ceria dan tersenyum gembira, tapi dibalik itu aku menunggumu, kesepian dan frustrasi. Sampai Miura datang, aku harus melepas masa laluku denganmu karena Miura datang seperti cahaya di kegelapan yang pernah kamu berikan. Sampai cahayamu muncul kembali kemarin.” Laras nampak bingung dengan perasaannya.
“Cintai dia dan selamanya bersamanya nona hujan.” Tulis Hazni dengan tersenyum dan tatapan mata bahagia.
Laras cuma mengangguk, isyarat untuk menuruti permintaan Hazni.
Ruangan itu semakin sepi, hanya suara isakan tangis Laras. Laras tertunduk menangis memegang kuat lengan Hazni saat nafas terakhirnya telah dihembuskannya. Di periode memasuki musim gugur itu dia kehilangannya.
***
Rambut panjangnya tertiup angin musim gugur sore itu, wajah cantiknya terlihat segar di antara keringnya daun pohon-pohon sakura di Ueno Park dengan kalung kerang keberuntungan dari Hazni digenggamnya. Menatap langit Jepang, jejak awan pesawat itu dia tatap dan tak ada air mata lagi. Dia tahu di manapun Hazni berada saat ini dia pasti akan selalu mendukungnya dengan tersenyum seperti dulu. Dukungan dan chant dari Hazni tak akan dia sia-siakan, seperti pesawat itu dia akan bebas terbang di langit meninggalkan jejak awan lurus yang indah.