“Kak, aku tadi sedang membereskan berkas-berkas di kantor penampungan hewan kak Hazni. Aku menemukan rekam medis kak Hazni dan obat-obatan. Sabil lalu cek ke rumah sakit dan benar kak Hazni pernah beberapa kali diperiksa. Mereka mengatakan kak Hazni menderita radang hati, sudah parah dan lama menjangkitinya. Aku dan Sabil kaget karena dia menyembunyikannya selama ini dari kami. Ketika wajahnya pucat dan lemas dia bilang cuma kurang tidur dan darah rendah. Rumahnya sekarang agak jauh dari tempatku jadi kami tidak bisa sesering dulu menemuinya. Dokter menjelaskan bahwa dia terlalu memforsir tubuhnya bekerja hingga kondisi tubuhnya mencapai batasnya. Dia bekerja keras demi impiannya itu, penampungan hewan terlantar di kaki gunung yang indah telah dia wujudkan, dia banyak menolong hewan tapi pengorbanannya hingga seperti ini aku tidak bisa bayangkan.” Nana menceritakan dengan suara yang sedih.
“Kenapa Hazni dan kalian tidak pernah menghubungiku semenjak aku ke Jepang?” Laras bertanya agak kesal ke Nana.
“Aku dan Sabil sangat ingin menghubungimu kak, tapi kak Hazni melarang. Dia tidak ingin kami mengganggu konsentrasi kakak yang sedang berjuang mewujudkan mimpimu. Kami menurutinya demi kamu juga, dia juga tidak pernah membicarakan atau mengikuti perkembanganmu kak. Sepertinya dia berusaha melupakanmu. Tapi aku salah, dia masih menyimpan foto kalian di bukit berbintang, dia membaca buku, blog, artikel dan panduan traveling ke Jepang. Dia mempersiapkan diri bertemu denganmu. Aku tahu sejak kakak lulus dari Blossom Lights dan beberapa kali main dorama dengan Kazama Miura kalian memiliki hubungan spesial dan kak Hazni sepertinya tahu. Dia bahagia melihat kakak bersamanya karena sejak berita itu muncul dia seperti tanpa beban dan tidak terlalu pendiam lagi, lega kak Laras menuju jalan bahagiamu tapi keadaannya semakin buruk.” Nana menjelaskan alasan Hazni menyembunyikan sakitnya.
“Dia ke Jepang menemuiku untuk berpamitan?” Laras hatinya terpukul mengatakan pertanyaan itu.
“Iya kak.” Nana menjawab dengan berat karena dia juga tahu umur kakak sepupunya tidak akan lama, dia menggunakan sisa umur dan tenaganya untuk menepati janjinya ke Laras.
Laras tertunduk lesu di koridor rumah sakit yang sepi dan gelap oleh mendung.
***
Mereka saling berpandangan. Laras memandang Hazni dengan sedih, karena mungkin ini pertemuan terakhir mereka. Hazni sangat lemah dan kesulitan berbicara. Laras menggenggam tangan Hazni berusaha menguatkan.
“Kenapa kamu tidak menghubungiku saat aku pergi? Kenapa kamu menghilang dari aku selama ini? Aku menunggu telepon dari kamu setiap hari, aku berjuang dalam sepi tanpa kamu. Hanya langit selatan yang bisa aku lihat tiap malam. Bodoh.” Laras menangis menunduk di lengan kanan Hazni.
Tangan kiri Hazni menyentuh lembut rambut Laras. Laras tidak bisa menerima keadaan ini. Dia sangat terpukul. Hazni memberi kode lewat tangannya, dia ingin menulis sesuatu untuk Laras. Laras memberikannya buku tulis kecil dan pena.