Hai pipi merah
Maaf, aku sungguh minta maaf. Bukan keinginanku berpisah denganmu seperti ini.
Aku tak mau melepas kebahagianku denganmu, tawa denganmu dan cerita indah
denganmu. Aku tidak ingin orang-orang sekelilingku kecewa, tidak hanya kamu.
Aku berharap keputusanku ini membahagiakan semuanya, aku tahu kamu
akan mendukungku untuk meraih mimpiku, aku akan sangat bahagia jika kamu
mengerti.
Kamu jangan sedih terus ya, tambah jelek tu muka nanti. Semangat ya buat mimpi
yang kamu perjuangkan. Aku jauh di sini mendukungmu. Terima kasih untuk
semuanya yang kamu lakukan, tak ada waktu terbuang percuma saat denganmu.
Kisah kita memang tak sama dengan orang lain, panggung kita tak sama tapi aku
semakin yakin kalau Tuhan ciptakan kebahagiaan dengan cara yang unik, yang
hanya bisa dirasakan oleh mereka yang tulus. Di dirimu aku bisa lihat ketulusan itu.
Aku hanya bisa bersyukur ditakdirkan bertemu dengan kamu Haz.
Terima kasih. Aku tunggu kamu di Jepang.
Cahaya matahari pagi menghangatkan tubuhnya, kini Hazni bisa bisa menatap langit utara dengan tersenyum. Dia berjanji akan menemui Laras di Jepang suatu hari nanti dengan membawa mimpi yang sudah digenggamnya.
***
Beberapa kali Hazni menyempatkan datang ke tempat pertunjukan Sakura Secret, tapi seperti ada yang hilang saat dia di ruangan itu. Pernah di event temu fans dan idola dia menitipkan kado yang sengaja disiapkannya untuk Laras yang rencananya akan diberikannya langsung saat event itu tapi dia ditransfer sebelum event itu, jadi dia menitipkan ke anggota Sakura Secret lain yang teman dekat Laras.
“Aku tahu kamu, nanti akan aku berikan padanya kalau kami ke Jepang. Dia beberapa kali cerita tentang kamu, semangat ya dan terima kasih.” Yevi menerima kado itu.
“Ya terima kasih Yev.” Hazni kemudian langsung pergi.
Kesedihan itu sudah dilupakannya tapi itu juga buat dia makin pendiam dan introvert.
Musim hujan berlalu berganti musim kemarau, Hazni semakin giat bekerja untuk mewujudkan mimpinya karena di utara sana Laras juga sedang berusaha mewujudkan mimpinya. Pagi sampai malam dia seperti lupa waktu, kesibukannya ini buat dia melupakan kesedihannya.
“Kata dokter kamu terlalu lelah, istirahat Haz. Jangan terlalu memforsir tubuhmu.” Sabil menemani Hazni yang siang tadi pingsan dan sekarang di rumah sakit.
“Iya nih, bandel amat. Buat apa kerja rodi kayak gitu? Kakak harus sabar, kita dukung kakak buat penampungan hewan terlantar itu, tapi ya jaga kesehatan juga.” Nana ikut menasihati Hazni. Hazni terdiam lemas.
Di seberang samudra sana Laras masih menatap langit selatan sejak 30 menit lalu. Wajah cantiknya tak nampak di kamar yang lampunya dia matikan itu. Memandang dibalik jendela yang berhadapan dengan Tokyo Tower yang jaraknya sekitar 8 Km.