“Apakah kamu tetap menontonku di panggung dunia nanti?” Laras gelisah takut kehilangan Hazni suatu saat nanti saat mimpinya terwujud.
***
Empat tahun kemudian, Hazni masih sibuk mengurus penampungan hewan terlantarnya dan kebun jeruknya. Dia senang dengan lingkungannya ini. Hawa sejuk kaki gunung buat dia betah. Sabil dan Nana sesekali mengunjunginya. Mereka khawatir dengan kondisi kesehatan Hazni yang belakangan ini agak buruk.
Setelah turun dari mobil mereka segera masuk ke rumah yang asri dan segar oleh bunga matahari, melati, tanaman mint dan bunga taman lainnya yang tumbuh indah di sekeliling rumah. Di dalam rumah sepi tidak ada Hazni, mereka segera ke bagian penampungan hewan. Di sana dia duduk di bangku taman belakang rumah ditemani kucing putih tidur yang kakinya diperban di sampingnya. Dia memegang foto Laras saat di bukit, dia menoleh ke Sabil dan Nana.
“Aku akan ke Jepang, sudah saatnya aku melihatnya di panggung dunia.” Hazni dengan wajah agak pucatnya dia tersenyum.
Sabil dan Nana terdiam, tak percaya dia masih mengingat Laras.
***
Pesawat itu membawa Hazni ke langit utara yang sering dipandangnya, dia sangat antusias di kondisinya yang tidak sepenuhnya sehat. Dia membayangkan seperti apa Laras nanti yang tidak dia temui selama empat tahun, wanita yang membuatnya termotivasi untuk mengejar impiannya. Laras sudah lulus dari Blossom Lights, dia akan memulai debut di film perdananya dan menjadi salah satu pengisi lagu dari filmnya itu. Jejak awan pesawat itu meninggalkan Indonesia, Sabil dan Nana di bawah memandang pesawat, senang dan khawatir di hati mereka.
Ramai dan asing sekali dia begitu sampai di Bandara Haneda. Mereka yang datang dari berbagai negara ada di situ. Dia segera menuju Tokyo Monorail Haneda Airport Line untuk membawanya ke Stasiun Hamamatsucho. Ramai tapi seru itu yang dirasakannya, melaju beriringan dengan tepi laut. Hazni ternyata sudah lama menyiapkan dirinya agar bisa lancar di Jepang. Di rumahnya ada beberapa buku traveling ke Jepang, beberapa situs atau blog tentang Jepang yang dia cetak dan dia belajar sedikit bahasa Jepang. Dia tidak langsung menemui Laras karena dia sedang sangat sibuk oleh filmnya ini, Hazni berencana menemuinya saat acara promosi film dan jumpa fans dua hari lagi.
Udara panas di musim panas tidak menyurutkan semangatnya menyusuri kawasan terkenal di Jepang seperti Shibuya dan Akibahara. Kembang api meletus indah terus menghiasi langit malam itu di festival Hanabi. Hazni kagum dengan suasana yang baru ditemuinya. Wanita-wanita memakai yukata dan kipas kecil yang diayunkan untuk mengusir hawa panas terlihat cantik berlalu-lalang di festival itu, lampion berjejer indah, terdengar beberapa teriakan “Tamaya!” dan “Kagiya!” saat kembang api dengan bentuk dan warna indahnya meletus di udara. Hazni melahap Takoyaki sambil jalan hingga menemukan tulisan “Kingyo Sukui” di sebuah stand. Awalnya agak kesusahan bagi dia untuk menangkap ikan mas di selembar kertas tipis tapi akhirnya berhasil.
“Kamu mau? Aku bantu oke.” Hazni menawarkan bantuannya ke dua anak kecil lucu yang memandangnya karena dapat ikan mas.
“Terima kasih kak.” Dua anak kecil itu pergi dengan ceria sambil membawa ikan mas tangkapan Hazni.