Tanah air yang awalnya indah berubah menjadi kotor dan tak terpelihara. Sungai-sungai penuh dengan sampah, airnya kotor dan mengeluarkan aroma tak sedap.Â
Hutan gundul karena terlalu banyak pohon yang ditebang secara kasar dan liar. Jalan-jalan berdebu dan berlobang, menampung banyak air, menciptakan kubangan lumpur, jika turun hujan. Di kiri dan kanannya, terdapat selokan yang telah tertimbun tanah dan sampah.Â
Melihat hal itu para Dewa marah,
Â
"Brak !" Tiba-tiba, tanpa mengucapkan 'salam' Â anak laki-laki berlari kecil, mendorong pintu koboi dan masuk ke ruang tempat Deappa sedang membaca. Deappa sangat kaget, mukanya agak pucat, refleks menurunkan tangannya untuk menyembunyikan buku kunonya.Â
Anak kecil itu melihat gerakan Deappa dan berkata,"Membaca buku kok disini". Lalu anak kecil itu mengambil mobil-mobilan, memainkannya dengan cara didorong-dorong ke depan, ke belakang, melompat, kadangkala pelan, dan tak diduga ia memperagakan mobil-mobilannya mengebut ke arah Deappa yang sedang memegang buku. Deappa pun spontan berdiri menghindar, mendekap erat-erat buku kunonya, dan mundur merapat ke dinding.Â
Dari luar pintu koboi seorang bapak memanggil anaknya,"Rafa, dipanggil ibu sebentar". Anak itu menoleh ke arah bapaknya, menaruh mainannya ke tempat asalnya dan langsung menghampiri orang tuanya.Â
Sambil menggandeng anaknya keluar dari ruang bermain, orang tua itu tersenyum kearah Deappa. Deappa pun membalas senyuman itu dengan senyuman sebaik mungkin, sebab dalam dirinya ada gejolak keinginan yang memburu untuk menyelesaikan bacaannya. Itu artinya, jika mungkin jangan ada lagi orang yang masuk ke area bermain lagi. Ia pun segera duduk kembali, sekarang lebih ke arah pojok, Â dan melanjutkan membaca buku kunonya :
Melihat hal itu para Dewa marah, memanggil ke 26 pemimpin suku kerdil itu, dan berkata demikian,"Hai kalian kami pilih dan memberi kepercayaan memimpin suku orang kerdil, tetapi malah menjalani hidup seenaknya sendiri dan tidak disiplin. Kalian tidak bisa memimpin dan memelihara alam.Â
Maka, Kami akan mengutuk kalian. Tetapi kami akan memberi kalian  kesempatan hidup kembali di dunia lain, dunia peradaban baru, yang lebih maju. Di sana, kalian akan mengemban tugas baru. Waktunya akan tiba, seorang anak kecil berkata: