Orang-orang yang di belakang Deappa memperhatikan 'disain' baju Deappa yang penuh dengan huruf-huruf alfabet. Mereka melihat keanehan dari huruf-huruf itu, tetapi keanehan itu sulit digambarkan dengan kata-kata. Anak perempuan itu juga memperhatikan bagian depan baju Deappa, yang ada huruf-hurufnya. Entah apa yang ada dalam benak mereka berdua, yang jelas mereka pernah bertemu di 'Ruang Peristiwa Membaca' lantai 1.
Dan sekarang mereka berdiri berdekatan dan saling diam. "Ting Tong !" bunyi pertanda lift tiba di lantai 7. Orang-orang dalam lift serentak melihat lampu indikator di tombol lift. Setelah pintu lift terbuka, Deappa dan ayahnya segera keluar lift. Diikuti oleh anak perempuan bersama ayahnya.
"Deappa duluan aja, ayah mau ke toilet dulu", kata ayahnya.
"Ya ayah, Deappa langsung ke ruang anak-anak", jawab Deappa.
Sambil melepas sepatu dan memasukannya ke dalam loker, Deappa berjanji pada diri sendiri, bahwa ia tidak akan membaca tulisan apapun. Sebab, jangan sampai terulang ke empat kalinya, huruf-huruf pada tanggal dari tulisan apapun yang ia baca. Selesai memasukkan sepatu ke dalam loker, ia masuk ke area anak-anak, dan langsung menuju ruang bermain yang berada di pojok, disini banyak permainan dengan alat-alat peraga pendidikan.
Deappa bermain menyusun balok, dan mencoba permainan yang lain di ruang ini. Tiba-tiba, muncul cahaya kilat yang sangat terang di ruang ini, selama 1 detik. Beberapa pengunjung terkejut, "Hai, apaan itu tadi ?".
Namun karena kejadian begitu sangat cepat, para pengunjung tidak memikirkan hal itu lagi, mereka kembali pada aktivitas membaca masing-masing. Seorang pustakawan merasa bertanggung jawab atas kejadian ini segera berdiri, melihat sekelilingnya jika ada sesuatu yang tidak diinginkan, berjalan tenang ke arah ruang tempat Deappa, mengawasi sebentar, ia berbalik badan ke arah tempat kerjanya, ”tidak ada apa-apa”. Bisiknya.
Sisa-sisa kecil cahaya kilat masih ada di ruang, tempat Deappa bermain. Ia melihat cahaya kecil di sudut ruang. Dengan perasaan heran dan penasaran ia mendekati cahaya kecil itu. "oh itu buku, buku kuno", kata Deappa.
Dengan sangat hati-ati ia mengambil buku itu. Seketika lenyaplah cahaya itu. Deappa langsung membuka dan membacanya sambil kadangkala melihat sekelilingnya, kuatir jika ada orang yang mengetahui kejadian yang ia alami. Ia terus fokus membaca, buku ini :
Sebelum runtuhnya kekaisaran Mycena di Yunani. Hiduplah sekelompok manusia kerdil. Mereka tinggal di wilayah yang subur. Kelompok itu dipimpin oleh 26 orang kerdil, yang masing-masing memiliki kekuatan luar biasa, yang diperoleh dari para dewa yang memberikan kepercayaan kepada mereka untuk memimpin suku orang kerdil, menjadikan suku yang maju, aman, adil, makmur dan sejahtera.
Namun yang terjadi sebaliknya. Dengan kekuatan yang dimiliki, 26 orang kerdil ini hidup seenaknya sendiri, tak disiplin, malas bekerja, suka merampas barang-barang orang lain, dan tidak peduli sesama dan lingkungannya. Tak satupun anggota masyarakat yg berani menentangnya. Karena ulah pemimpin yang tidak baik ini, banyak orang dari suku itu hidup sengsara.