Atau lebih jauh lagi bagaimana nasib tafsir lainnya seperti tafsir Ibnu Katsir, dan juga terjemahan luar negeri lainnya termasuk terbitan Kerajaan Arab Saudi yang tidak mengartikan bahwa awliya sebagai pemimpin, Apakah bisa dikatakan menodai Al Quran?
Kontroversi mengenai Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI juga mematik kekecewaan berbagai kalangan, tidak terkecuali para “kyai-kyai pinggiran”. Pada acara “Deklarasi Kyai-Kyai Pinggiran” yang digelar di Gedung Joeang 45. "Kami menginginkan negara aman," katanya dalam konferensi pers yang diselenggarakan di Gedung Joeang 45, Jakarta, Senin, 31 Oktober 2016.
Mereka juga mengatakan bahwa fatwa bisa terindikasi menggiring dan menimbulkan konflik horizontal. "Ini sangat membahayakan mengancam keutuhan Negara Republik Indonesia. Kami menginginkan tuntutan kami dikabulkan, cabut, dan luruskan," tuturnya. Link
Ketika berselisih pendapat, kembalilah pada dalil Al Quran dan As Sunnah (Hadist).
Allah Ta’ala berfirman:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً)
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, serta ulil amri diantara kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa: 59).
Jika ada perselisihan antara umat mengenai sesuatu hal (misal : tafsir surat Al Maidah ayat 51), maka kembalikan kepada Allah (Al Quran) dan Rasul-Nya (As Sunnah).
Mengambil pendapat ulama yang tidak ada dalilnya berarti menjadikan ulama tersebut sebagai rahib-rahib selain Allah. Hal ini dijelaskan oleh Allah Ta’ala pada surat At Taubah ayat 31.
(اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَهًا وَاحِدًا لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ)
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (QS. At Taubah: 31).