Mohon tunggu...
Sosbud

Hikmah Peristiwa Palagan Ambarawa bagi Generasi Bangsa

2 April 2017   10:59 Diperbarui: 4 April 2017   15:28 6538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Pesawat mustang ke tiga menyerang sektor timur dan memberondong dan menjatuhkan bom di kecamatan Tuntang. Sasaran berikutnya adalah desa Kesongo dan Lopait.       Ketika pesawat terbang rendah ternyata sudah disiapkan sebuah truk yang memuat sebuah senjata anti serangan udara Batalyon TKR dari Jebres, Surakarta yang diatur enam orang Heiho. Pesawat itu pun disergap dengan tembakan tepat menembus pesawat mustang ini. Akhirnya pesawat ini jatuh dengan posisi kepala menghujam rumpun enceng gondok di rawa.      Warga dusun Sumurup, desa Ngasinan yang siaga segera menuju ke lokasi jatuhnya pesawat dan bersama-sama membantai pilot itu dan membuangnya ke rawa. Masyarakat tidak tahu masalah hukum perang internasional dan apa Konvensi Jenewa itu.Semboyan “bunuhlah musuhmu, sebelum kamu dibunuh oleh musuhmu.” berlaku.(Sarmudji.2001. hal 24)

            Menurut penuturan seorang mantan Heiho dan TKR Jebres, almarhum Bapak Djapar dan kesaksian warga desa Kesongo, dua mustang yang mengetahui jatuhnya mustang di sektor timur langsung menyerang desa Kesongo. Enam heiho bersama truk yang mengangkut senjata tertembak dan terbakar.

            3. 2. 7 Bantuan Tentara Sekutu dari kota Semarang Masuk ke Ambarawa

            Dengan masuknya tentara Sekutu dari Magelang ke Ambarawa ditambah bantuan dari Semarang, maka tentara Sekutu menjadi semakin kuat. Didukung dengan adanya kendaraan mesin perang dan bantuan dari udara tentara Sekutu tidak lagi hanya bertindak defensif, namun juga berlanjut pada tindakan yang ofensif. Dari segi defensif, mereka membuat perkubuan di luar kota Ambarawa. Salah satu yang paling kuat adalah kerkop Ambarawa yang berada di perbatasan barat kota Ambarawa. Di luar perkubuan dipasang benang-benang halus yang digantungi kaleng-kaleng sebagai penanda orang asing masuk.

            Sektor utara bertempat pada langgar mushola batas kota Ambarawa dengan penjagaan sangat sedikit dibanding sektor barat. Di timur Ambarawa terdapat meriam, senapan mesin, dan mortir di pekuburan Cina (bong Ngrawan) ditambah penjagaan ketat dengan zuklih (lampu sorot) yang menyoroti sawah di daerah Doplang dan Mlilir. Di pekuburan pertigaan desa Kelang juga dibuat perkubuan untuk menghadang TKR Surakarta yang berada di Tlogo, Lopait dan Kesongo yang dilengkapi senapan mesin yang diarahkan ke jembatan kali Tuntang. Di sektor selatan, tepi desa Pojok pada jalur besar Ambarawa Banyubiru disusun karung dan tumpukan pohon pisang sepanjang 50 meter ke barat dan ke timur untuk melindungi Kampemen yang hanya berjarak 200 meter. Ini berarti Jenderal Bethel mengirim hampir sepertiga kekuatannya untuk bertahan di Ambarawa.

            3. 2. 8 Siasat Supit Udang Dilancarkan

           Gugurnya Letkol Isdiman merupakan pukulan berat bagi Kolonel Soedirman. Beliau memutuskan untuk memimpin pertempuran merebut kota Ambarawa. Beberapa hari minggu pertama Desember 1945 Kolonel Soedirman datang dari sektor barat, tepatnya di desa Klurahan, Jambu.

            Beberapa hari beliau menyusuri, menyisir dengan teliti keadaan sektor barat bersama beberapa orang Perwira staf kepercayaannya. Beliau meminta para anggota TKR baik Komandan Regu, Komandan Seksi,dan Komandan Kompi untuk melaporkan keadaan di sektor barat.

             Tiga empat hari sebelum tanggal 11 Desember 1945 disampaikanlah surat perintah melalui kurir yang ditujukan kepada Komandan sektor utara, timur dan selatan untuk berkumpul pada Selasa, 11 Desember 1945 pukul 20.00 di rumah Bapak Soewito, carik desa Klurahan. 

             Menurut kesaksian Mayor Imam Androngi yang saat itu ikut dalam pertemuan malam itu, secara singkat dapat dijelaskan bahwa Kolonel Soedirman telah mengambil ketetapan dan tekad bahwa Ambarawa harus direbut kembali. Sekutu dapat menduduki Jawa Tengah sewaktu-waktu mengingat jarak kota Ambarawa dengan kota Yogyakarta, sebagai kota keberadaaan Markas Tertinggi Tentara Keamanan Rakyat hanya 95 km, secara strategi militer sangat berbahaya. Selain itu, Sekutu telah mengingkari janji bahwa hanya menduduki Jakarta, Semarang, dan Surabaya.(S.A,Soekanto.1981.hal 95)

            Kolonel Soedirman mempertimbangkan keadaan tenaga manusia yang tersedia dengan persenjataan yang minimum dan sederhana, dituntut secepat mungkin, mendesak, menggebrak mundur tentara Sekutu dari Ambarawa. Mengingat keberadaan kota Ambarawa yang berada pada tanah berkemiringan dan hamparan Rawa Pening yang luas di sebelah selatan maka Kolonel Soedirman menerapkan tata yudha tradisional yaitu siasat Supit Udang atau dalam bahasa Jawa Capit Urang.Siasat ini bertujuan untuk mendorong musuh, menekan sekuatnya, menghimpit kanan kiri dan memberi mereka jalan selubang jarum untuk keluar dari Ambarawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun