Mohon tunggu...
Sosbud

Hikmah Peristiwa Palagan Ambarawa bagi Generasi Bangsa

2 April 2017   10:59 Diperbarui: 4 April 2017   15:28 6538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Kemudian 12 orang TKR dan 4 orang angkatan muda yang membawa senjata laras panjang menyerbu Kamp gereja Jago. Seluruh interniran yang ada di sana diperintahkan keluar dan dikumpulkan. Terdapat wanita-wanita Belanda dan sinyo-sinyonya berkumpul ketakutan. Beberapa pemuda lantas menembaki mereka hingga rubuh satu persatu. Ketika salah seorang pemuda melemparkan granat ke arah para interniran, katup pengunci granat ternyata belum dibuka sehingga tidak meledak. Dengan sigap salah seorang wanita Belanda membukanya dan melempar kembali ke arah para pemuda. Dengan itu granat meledak dan para pemuda berlari melompati pagar kembali ke markas. Ternyata mereka telah salah mendapat informasi karena pada kenyataannya tidak ditemui tentara Ghurga di sana. Hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan pemuda saat itu tentang hukum perang.

            Peristiwa ini pernah diliput NHK EDUCATIONAL CORPORATION (JapanBroadcasting Corporation) dengan Komiyata sebagai chief producer. Menurut keterangan kru NHK ada 13 orang tewas seketika dan 10 orang luka-luka.

3. 2. 4 Tentara Sekutu Mundur dari Magelang

gambar 6. (dari kiri ke kanan) mortar, senapan
                koleksi museum Isdiman (dok.Meika)

            Sekitar pukul 16.00 dari arah barat yaitu gugusan perbukitan Bedono tentara Sekut yang ada di Magelang tengah mundur ke Ambarawa. Menjelang malam, pemuda-pemuda berkumpul di Kawedanan Ambarawa (sekarang kantor kecamatan) bersama TKR dari Surakarta di bawah komando Kolonel                                                                Jatikusumo. Kekuatan TKR Surakarta sudah cukup lengkap, di antaranya terdapat water mantel3,sepucuk mortar dan beberapa buah pelempar granat. Sekitar pukul 18.30 tentara Sekutu dikabarkan telah memasuki Ambarawa yang terdiri dari infantri, kendaraan tank, traktor dan mobil berlapis baja dengan membawa amunisi dalam jumlah yang sangat besar.

            Menjelang pagi, 22 November 1945 TKR yang dipimpin komandan water mantelmeluncurkan tembakan ke tentara Sekutu yang berada di kantor polisi dan bioskop Rex Ambarawa (sekarang Monumen Palagan) dari Pandean, seberang kali Panjang dan juga dari kelenteng Ambarawa.                                                                                 

            Seketika itu tentara Sekutu balik menyerang dengan lemparan-lemparan granat dan menghujani perkampungan Patoman, Kranggan, Pandean ,dan Kupang dengan mortir. Para pemuda mundur ke Kawedanan. Hari itu tentara Sekutu telah mendapat tambahan kekuatan dengan mundurnya tentara Sekutu dari Magelang ke Ambarawa.

            3. 2. 5 Situasi Tragis pada Masa Revolusi

           Sesaat sebelum pertempuran terjadi, Kepala Polisi Ambarawa Pratikno telah memerintahkan agar Kantor Polisi Ambarawa pindah tempat. Warga meminta bantuan TKR Sarmudji dan Kasnan untuk mendobrak dan mengambil barang-barang dan bahan makanan untuk dibawa ke dapur umum Kedunggupit. Di sana ditemukan dua senapan berburu dan beberapa pelurunya (patroom). Dari TKR Sarmudji, senapan itu diserahkan kepada seorang mantan KNIL bernama Pak Kartowikromo dan yang satu lagi diserahkan kepada Pak Kartokemis. Kemudian hari, para TKR menangkap Pak Kartowikromo yang mantan KNIL dan Pak Kartokemis karena diduga mata-mata Belanda. Walaupun telah dijelaskan bawa senjata itu mereka peroleh dari TKR Sarmudji, mereka tetap ditahan.

            Untungnya saat itu TKR Sarmudji masih sempat menemui TKR dari Magelang itu dan akhirnya Pak Kartowikromo dan Pak Kartokemis dibebaskan. Mengingat betapa mengerikan hukuman bagi mata-mata saat itu adalah hukuman penggal leher.

            Pada masa revolusi saat itu, hukum memang tidak lagi berlaku. Opini umum dan ucapan-ucapan tak mendasar lebih dipercaya sehingga timbul banyak korban tak berdosa.(Sarmudji.2001 hal 17)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun