4. 1 Pertempuran Ambarawa, Semangat Juang Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Dari peristiwa Insiden Air Pertempuran Ambarawa begitu banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik. Begitu pentingnya pertempuran ini seperti diungkapkan dalam buku yang diterbitkan oleh Markas Besar Angkatan Darat Republik Indonesia yang berjudul “ Delapan Palagan yang Menentukan” . Ke-delapan palagan tersebut adalah Palagan Medan, Palagan Palembang, Palagan Bandung, Palagan Semarang, Palagan Ambarawa, Palagan Surabaya, Palagan Ujung Pandang, dan Palagan Bali Margarana. Palagan Ambarawa adalah pertempuran satu – satunya yang dimenangkan bangsa Indonesia di antara banyak pertempuran di tanah air pada masa mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 1945 yang saat itu baru berumur 3 bulan.
Dengan adanya peristiwa mundurnya tentara Sekutu dari Ambarawa 15 Desember 1945 maka tanggal 15 Desember ditetapkan sebagai Hari Infantri. Kemudian karena saat itu TNI Angkatan Darat belum memiliki hari jadi, maka sejak tanggal 15 Desember 1945 setiap tanggal 15 Desember ditetapkan sebagai Hari Juang Kartika.
gambar 11. tugu Monumen Palagan Ambarawa (dok pusjarah TNI)
Untuk mengenang peristiwa pertempuran Ambarawa tanggal 20 November pada tanggal 20 November 1945 hingga 15 Desember 1945 maka Presiden Soeharto mengeluarkan mandat untuk mendirikan Monumen Palagan Ambarawa. Pembangunan monumen dilaksanakan selama satu tahun terhitung mulai 15 Desember 1973 hingga 15 Desember 1974 dengan kucuran dana sebesar Rp 105.000.000,00 yang berasal dari sumbangan Korp Infantri Indonesia dan Departemen Pertahanan dan Keamanan Republik Indonesia
Lahan monumen ini diserahkan oleh Bupati Semarang, Drs. Iswarto. Perencanaan proyek ditangani Kodam VII Diponegoro di bawah bimbingan Mayjend. Yasir Hadibroto dan peletakkan batu pertamanya dilakukan oleh Deput Kasud, Letjend Sayidiman Suryo Hadiprojo pada 15 Desember 1974. Sedangkan pelaksana kerjanya ditangani oleh AIS ( Arsitek Insinyur Seniman ) Indonesia. Tugu monumen setinggi 17 meter dengan sela sepanjang 8 sentimeter dan luas lapangan 45 meter persegi memiliki makna hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Di sana terdapat patung Kolonel Soedirman, Letkol Isdiman, dan Letkol Gatot Subroto, tokoh pelaku sejarah Palagan Ambarawa.( Rusliyanto.2003.hal 6)
Monumen ini memiliki arti penting dalam perjalanan sejarah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Setelah begitu banyak momentum yang dilewati selama perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia tentunya monumen ini dapat membangkitkan semangat generasi penerus ABRI dalam mengemban amanat mempertahankan dan menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia.
4. 2 Apa yang Harus Generasi Penerus Perjuangkan
Dalam setiap kejadian demi kejadian meletusnya pertempuran Ambarawa selalu kita dapati betapa besarnya semangat patriotisme para pemuda dan masyarakat Ambarawa dalam membela tanah air. Dengan segala kesederhanaan dan keterbatasan persenjataan yang dimiliki para pejuang, mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya hanya demi mempertahankan kemerdekaan bumi pertiwi. Mereka berani mengambil resiko bahkan yang mengancam keselamatannya demi melindungi hal paling berharga dan tidak dapat tergantikan, yaitu kemerdekaan. Seandainya generasi bangsa saat ini memiliki jiwa kepahlawanan seperti itu, maka niscaya negara kita akan menjadi negara yang kuat.
Dalam siasat Supit Udang, dengan jelas dapat kita ketahui betapa kokohnya kerjasama di antara para pemuda. Dengan kesigapan dan ketepatan mengorganisasi pasukan, Kolonel Soedirman berhasil mempersatukan seluruh pejuang di Ambarawa memukul mundur Sekutu secara bersamaan. Dari sini dapat kita tarik kesimpulan betapa besar pengaruh jiwa kepemimpinan seorang pemimpin, petinggi pemerintahan, pejabat atau yang sering disebut “orang penting” di negara ini sehingga dapat menyatukan pikiran dan mengerahkan seluruh kekuatan untuk membela bangsa dan negaranya.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwa Pertempuran Ambarawa telah terjadi pula kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para pemuda, terutama dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang hukum dan hal-hal yang berkaitan dengan keimanan yang kurang kuat. Misalnya pada peristiwa Insiden Air yang menyebabkan serangan Sekutu secara besar-besaran hanya karena tindakan ceroboh dan tidak berpikir panjang dahulu dengan meletuskan tiga kali tembakan balasan ke udara. Sikap-sikap arogan juga ditunjukkan beberapa anggota TKR dalam penyerangan kampinterniran nomor 6. Saat itu beberapa anggota TKR menembaki wanita-wanita Belanda dan para sinyo mereka yang tidak bersalah ataupun terlibat dalam peperangan.