Mohon tunggu...
Bayu Gustomo
Bayu Gustomo Mohon Tunggu... -

Musik, Bola, dan rileks

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Tak Ada Matinya"

28 Februari 2012   14:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengetahui Hartomo ikut kemah. Anton dengan segenap punggawanya, Amid dan Poltak. Juga tak ketinggalan para drunken master lainnya. Mengunjungi bumi perkemahan tempat di mana sekolah kami menggelar acara bertajuk, kecintaan terhadap alam semesta. Ikut berpartisipasi meramaikan acara api unggunnya. Tentu dengan minuman keras. Hartomo of the Mbah Kung meleburkan diri dalam komunitas pendekar mabuk. Tanpa menyadari bahwa dia telah menyulut api masalah, dalam kemeriahan malam api unggun. Bumi perkemahan Kresek menjadi saksi atas ingar bingar pesta anak muda. Pesta sekelompok anak manusia yang ikut andil dalam pencarian sebuah arti kata eksistensi diri. Tapi tanpa menyadari api masalah menunggu di depan mereka.

...........................

Pak Mawan di senin siang datang ke kelas kami. Menunggu di luar para drunken master yang ikut acara malam api unggun malam minggu lusa lalu. Maksud kedatangan pengajar Bahasa Indonesia itu hendak memanggil personil drunken master kelas kami. Tentu yang juga ikut di malam minggu lusa. Tanpa banyak hambatan semua akhirnya terkumpul lengkap sudah. Hartomo, Anton, Amid, dan Poltak juga sudah siap pula untuk menerima nasib hari ini.

Disaksikan oleh ratusan pasang mata, mereka berolahraga siang. Push up 50 kali. Tapi jangan salah walaupun pak Mawan berlaku sebagai pemberi sanksi namun ternyata beliau juga ikut berolahraga. Juga melakukan push up. Alasannya mendasar sih, pak Mawan cuma ingin menunjukkan pada semuanya. "Bahwa akan lebih baik memberi contoh dalam hal apapun melalui tindakan. Bukan cuma perkataan dan teori. Akan lebih bisa diterima bagi yang diberi contoh. Termasuk memberikan hukuman bagi si pelanggar aturan. Maka yang bertindak memberikan hukuman juga harus turut serta memberikan contoh. Percuma bikin teori bertele-tele bila tak tepat sasaran. Sekarang bagi kaum muda yang terpenting adalah praktek bukan teori". Begitu kata beliau ketika berkesempatan mengajar di kelas kami.

Dari semua pasang mata yang menjadi saksi atas peristiwa tersebut tidak ada yang berkomentar. Kecuali, Rika Gope'. Salah satu teman terbaik kami juga. Gemar lagu-lagu dangdut, disaat senggang terkadang dia juga menghibur kami dengan suaranya. Merdu juga. "Kapokmu kapan we Mbah Kung, sesok dibaleni neh ya?" Mbah Kung cuma cengar-cengir saja meladeni sindiran itu, sebab bagaimanapun juga si Gope' tetap teman yang selalu menghibur kami.

Oh iya hampir gue, eh sorry bukan gue tapi saya. Pengen bilang ke Rika Gope', "sekarang aku lagi seneng dengerin Dangdut Koplo, sumpah asik dan enak menikmati musik tersebut". Cerita tentang SMA kita juga bisa kamu baca disini lho....!

.........................................

Terima kasih kawan teman baikku.

Kau membuatku senang, membuat ceria. Sahabat paling sejati selalu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun