Mohon tunggu...
Bayu Gustomo
Bayu Gustomo Mohon Tunggu... -

Musik, Bola, dan rileks

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Tak Ada Matinya"

28 Februari 2012   14:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal pertemanan Joker dan Mbah Kung seperti pada umumnya anak-anak remaja. Joker satu RT dengan Fery, anggota Spidol Band yang pertama. Kami sering nongkrong bareng di rumah Fery. Dari Fery pula saya belajar main gitar. Hartomo serta Didi merasa nyaman ketika ikut nongkrong bareng bersama kami. Disitulah jaringan pertemanan berkembang dan tambah luas.

Bahkan tambah akrab tatkala Joker kehilangan uang SPP di suatu malam. Karena tak bisa bantu apa-apa maka saya dan Hartomo mengajaknya ngamen bareng di kota Ngawi. Guna mencari jalan keluar atas masalah yang membelitnya. Soal makan dan tidur tak ada masalah, keluarga Hartomo siap menampung kami. Kebetulan saat itu libur tiga hari. Joker kagum kagum pada rumah Hartomo.

Dindingnya kayu jati, ruangan untuk tamu yang luas. Kamar tersedia banyak. Suasana adem. Pada lantai terlapis batu kali yang permukaannya didesain menjadi bidang datar. Mengilap pula saking rajin penghuninya mengepel. Ornamen dan hiasan dinding kuno tertata apik, terpajang dan menambah kesan klasik nan artistik pada rumah joglo itu. Lampu kuno tergantung. Hampir semua hiasan di rumah termasuk vas bunga berbahan logam kuningan peninggalan leluhur si empunya rumah. Halaman depan udaranya sejuk karena berdiri sebuah pohon dengan gagahnya. Rimbun dedaunannya menjadi payung bagi yang berteduh di bawah pohon itu. Menikmati sore dengan segelas kopi, mengobrol pada bagian balkon. jadi ritual yang mengasyikkan ketika singgah di rumah Hartomo. Disambut keramahan Ibu dan saudara-saudaranya. Apalagi pas lebaran ketika sanak saudara nya dari Ambon berkunjung ke situ.

........................

"Bumi perkemahan Kresek menjadi ajang perayaan kaum muda"

My Mom, juga sering menanyakan tentang keberadaannya. Sifatnya yang tak pernah ibu saya lupakan. Ketika ke rumah saya tanpa harus ditawari. Kalau perutnya sudah lapar dia minta makan. Dari sifat keterbukaan dan terus terang itulah ibu saya kagum akan sikapnya. Bahkan ketika hartomo hendak meminjam tape compo di rumah saya. Buat hiburan saat acara kemah. Tanpa banyak pertanyaan, tahu Hartomo yang akan pinjam langsung dikasih ijin. Ketika itu dia, diajak panitia kemah untuk ikut serta meramaikan suasana. "Apa para pembina Pramuka tak salah ngajak dia?" Keraguan saya langsung timbul akan efek yang kemungkinan terjadi.

Anton Handoko dua minggu lalu nyaris terpukul pengapus papan tulis. Andai pak Nur sasarannya tak meleset, akibat perkataan dia yang terkesan clebungan* memotong cerita. "Bangunlah sebelum burung berkicau....." . "Burung emprit", kata Anton. Kontan penghapus papan melayang membidiknya. Untung saja nasibnya agak mujur. Hanya mengenai dinding yang behimpitan dengan meja bangkunya. Sedikit lebih beruntung dari nasibnya sebelum kejadian itu. Karena sempat membikin gaduh ketika jam pelajaran kosong bersama saya, Amid, serta Dwi Andi alias Poltak (penjual bensin eceran di toko kelontongnya). Kami bernyanyi bersama mendendangkan lagu Iwan Fals, berjudul Lonteku. Kontan seketika itu juga dari arah berlawanan pak Nur yang terasa terganggu ketika mengajar kelas satu. Memberondongkan kerikil ke arah kelas kami. Lalu dengan wajah beringas memanggil para pembuat gaduh, mennyuruh gerombolan itu. Tremasuk saya membuat konser paduan suara dadakan.Disaksikan semua yang ada. Di taman area letter U yang dikelilingi jajaran kelas. Ahhh, betapa malunya kami saat itu. Anton sama layaknya dengan Hartomo. Tukang buat ulah. Provokator ulung untuk kelas remaja seusia kami.

(*) Sebuah istilah dalam bahasa Jawa, yang artinya memotong pembicaraan orang lain. Biasa lewat ucapan kata-kata yang tak selayaknya (tak ada hubungannya) dengan apa yang dibahas / dibicarakan.

Mengetahui Hartomo ikut kemah. Anton dengan segenap punggawanya, Amid dan Poltak. Juga tak ketinggalan para drunken master lainnya. Mengunjungi bumi perkemahan tempat di mana sekolah kami menggelar acara bertajuk, kecintaan terhadap alam semesta. Ikut berpartisipasi meramaikan acara api unggunnya. Tentu dengan minuman keras. Hartomo of the Mbah Kung meleburkan diri dalam komunitas pendekar mabuk. Tanpa menyadari bahwa dia telah menyulut api masalah, dalam kemeriahan malam api unggun. Bumi perkemahan Kresek menjadi saksi atas ingar bingar pesta anak muda. Pesta sekelompok anak manusia yang ikut andil dalam pencarian sebuah arti kata eksistensi diri. Tapi tanpa menyadari api masalah menunggu di depan mereka.

...........................

Pak Mawan di senin siang datang ke kelas kami. Menunggu di luar para drunken master yang ikut acara malam api unggun malam minggu lusa lalu. Maksud kedatangan pengajar Bahasa Indonesia itu hendak memanggil personil drunken master kelas kami. Tentu yang juga ikut di malam minggu lusa. Tanpa banyak hambatan semua akhirnya terkumpul lengkap sudah. Hartomo, Anton, Amid, dan Poltak juga sudah siap pula untuk menerima nasib hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun