Mohon tunggu...
Bayu Gustomo
Bayu Gustomo Mohon Tunggu... -

Musik, Bola, dan rileks

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Tak Ada Matinya"

28 Februari 2012   14:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat sebuah cerita, dimana seorang guru bernama ibu Muslimah. Dalam film nya diperankan oleh Cut Mini. Begitu lihainya membakar semangat semangat anak-anak SD Muhamadiyah. Ketika kejenuhan yang teramat sangat mendera. Bangunan sekolah nyaris ambruk jika tak ditopang kayu penyangga tambahan. Namun dalam hal ini Cut Mini, eh sorry Ibu Muslimah mampu mengatasi keadaan dengan cerita nya. Kisah tentang Bung Karno yang mampu menulis buku Indonesia Menggugat ketika presiden pertama negeri ini dijebloskan dalam penjara. Sel yang sempit di kota Bandung. Oleh pemerintahan kolonial Belanda. Dalam sel yang sempit dan bau serta penuh penderitaan tak membuat semangat sang Ploklamator redup. Semangat untuk terus berjuang guna kemerdekaan yang harus terengkuh. Cerita inspiratif mampu membakar semangat anak-anak Laskar Pelangi.

Pak Nur tak beda jauh dengan adegan tersebut. Cuma dalam konteks, kisah itu masih kalah heroik nya dengan cerita yang ditulis Andre Hirata. Namun juga tak apalah jika saya sedikit agak kepedean menyandingkan kisah itu dengan karya sang Maestro Andrea Hirata toh esensi nya juga gak beda jauh. Mengobarkan semangat.

Atas cerita tersebut Hartomo terlecut untuk berbuat sesuatu. Mumpung masih bulan Oktober. Sumpah Pemuda tinggal menunggu waktu. Gayung bersambut, ternyata Osis juga merencanakan acara tersebut.

.......................

Setelah berlatih dengan konsisten kami Spidol Band. Dengan personil Hartomo dan Fery pada gitar. Maryono pemain bass. Lalu tak ketinggalan Pranata penggebuk drum. Meraih juara satu lomba band di sekolah kami. SMA Cokro dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda saat itu. Hal yang kami sangka sebelumnya. Kami puas. Terutama Hartomo dan Fery sebab mereka berdualah kompak dalam pemilihan lagu

yang kami bawakan. Mahadewi dan Begitu Indah. Semua kami ambil dari kantong album Lain Dunia milik Padi.

Walau pada akhirnya setelah momen ini Pranata jadi gitaris menemani Hartomo. Drumer akhirnya kami percayakan pada Bambang. Sedangkan Fery mengisi posisi bass. Maryono tak terlalu serius itulah perombakan band. Malah pada akhirnya kita ikutan berkompetisi di IKIP Ngawi.

Kebersamaan Fery dan Bambang akhirnya juga ada ujungnya. Sebab mereka satu tingkat di atas kami betiga. Akhirnya nasib Spidol Band berkali-kali mengalami pergantian. Cuma saya dan Hartomo yang konsisten. Sedangkan Pranata mulai sibuk dengan kegiatan balap motornya. Namun kembali bermain band sebagai penggebuk drum lagi saat acara perpisahan. Bersama saya, Hartomo, pengganti Fery yang juga punya nama yang sama dengan pendahulunya. Namanya Fery juga. Dengan posisi yang sama pula pemain bass. Untuk menemani Hartomo bermain gitar kita mendaulat Joko. Sekarang sudah almarhum. Meninggal tahun lalu. Joko termasuk murid kelas IPA. Paling cocok ngamen duet dengan Hartomo, alias Mbah Kung.

..........................

Hartomo kembali bikin ulah...! "Cuma hal yang biasa", begitulah komentar saya. Ketika mendapati dia bikin masalah lagi Dengan percaya diri masuk ruangan kelas tiga. Padahal tidak punya bulti apakah dia naik ke kelas tiga, berupa buku raport. Catatan, rangkuman nilai selama setahun hilang entah kemana man. Sudah gitu dengan pede yang super tinggi masuk ruangan kelas IPS 1 duduk sebelah saya. Setelah pak Joko menggagalkan niatnya masuk IPA. Dia pilih meleburkan diri dalam komunitas pelajar sosial. Kalau masalah dia kepedean sih, mungkin bisa kita tolerir, sebab saya yakin nilainya pasti memenuhi syarat. Terutama ilmu pasti. Tapi kalau bukti otentik berupa buku raport belum dia kumpulkan semenjak kelas dua gimana brotha and sista? Okelah kalau nilainya bagus-bagus, tapi semua kan perlu bukti yang tertulis di buku raport kan?

Tapi dasar dia yang punya masalah sepertinya tak mau ambil pusing. Surat kehilangan atas buku raport nya dari pihak kepolisian tak kunjung dia urus. Bahkan enggan. "Terlalu berbelit-belit", kata nya pada pak Joko. "Masa' sama murid sendiri nggak percaya? Apakah di dunia ini ada seseorang yang menginginkan kehilangan sesuatu dalam hidupnya. Bila sesuatu itu sangat penting sebab menyangkut masa depannya, termasuk raport?" "Tapi harusnya kamu juga bisa jaga buku raport mu Har". Pak Joko dengan sedikit jengkel beradu argumentasi pada lawan bicaranya. "Ya ini udah dijaga pak, tapi yang namanya hilang mau diapain lagi pak? Pokoknya, saya tetap masuk kelas tiga". Masih juga sikap keras kepalanya, tercermin dari perkataan menukas kalimat Pak Joko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun