Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Warisan

13 Januari 2022   21:27 Diperbarui: 13 Januari 2022   21:38 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fashionjournal.com.au

Dia pulang lebih awal dari kantor pada Selasa sore karena migrainnya kambuh. Baru saja duduk di kursi malasnya di ruang tamu ketika dia mendengar langkah kaki di ruangan lain.

"Halo?" dia berseru.

"Ini aku." Moira. Siapa lagi?

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Dia menoleh untuk melihat ke belakang, tetapi membuat sakit kepalanya menjadi-jadi, jadi dia berdiri.

"Aku datang untuk bicara."

Adik bungsunya itu mengenakan kaus tanpa lengan, celana jins. Wajahnya yang tembem menyembul di balik rambut kusut yang dicat pirangnya.

"Biar kutebak. Tidak, sebenarnya aku tidak ingin."

"Kamu tidak boleh egois seperti ini. Rumah ini membunuhku. Tora, aku dan Rudd juga penting. Aku ingin bicara."

"Dua suara, Moira. Dua suara untuk menjualnya."

Moira terus berbicara, seolah-olah pembicaraannya yang itu-itu juga akan meyakinkannya. Tidak pernah sekali pun.

"Pajak yang harus kubayar meroket karena rumah brengsek ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun