Tapi setelah keluarganya pindah, dia berhenti menerima tamu.
"Rumah itu terlalu banyak menghabiskan biaya," kata adik perempuannya Moira di telepon sebulan setelah mereka memakamkan ibu mereka.
"Ada banyak cara untuk mempertahankannya," katanya, sudah merasakan ke mana pembicaraan adiknya akan mengarah.
"Kalau kita menjual, Abang bisa tinggal di rumah yang lebih baik."
Dia tidak menjawab, jadi Moira berkata lagi.
"Rumah itu bukan punya Abang sendirian."
"Tidak, tapi untuk menjualnya perlu setidaknya dua suara dari tiga," katanya, mengetahui bahwa adiknya, Herman, tidak ingin memaksa dia menjual rumah, lebih memilih kedua saudara kandungnya yang lain menyelesaikannya.
"Keharusanku ikut urunan membayar PBB rumah terkutuk itu membunuhku," kata Moira. "Abang tidak boleh egois begitu."
"Dia adalah orang tuamu juga," katanya, yang dimaksud ibu mereka, "tetapi dia menuliskannya dalam surat wasiat. Dua suara untuk dijual. Titik."
"Kalau begitu, Abang dan Herman beli saja bagianku."
"Aku harus mencuci piring."