Dia tidak suka membahas kebenaran dari rumah yang rumit ini. Dan terlepas dari bagaimana hal itu memengaruhinya, dia tidak tahu apakah dia bisa hidup di luarnya. Itu memberinya sesuatu untuk dilawan dan tanpanya, dia akan menjadi apa? Ketidaktahuan membuatnya gelisah.
"Kamu bisa menjualnya," kata ibunya.
"Di mana aku akan tinggal kalau begitu?"
"Dunia bukan hanya rumah itu."
"Nanti kita sambung lagi, Bu. Aku harus mencuci baju."
Dia menutup telepon.
Dia dan ibunya tidak pernah akrab, dan dia yakin orang lain juga merasakan 'kehadiran' itu. Dia tahu itu. Dia ingat di masa remajanya, ketika dia akan memasuki sebuah ruangan, adik perempuannya yang berdiri di ruang keluarga menghentikannya. "Jangan sekarang," katanya.
Dia melihat ke dalam ruangan. Garis tepi perabotan mengabur dan melambai. Panas terpancar keluar dari dalam meskipun tidak ada piranti apapun di dalam ruangan itu yang menghasilkan bahang. Namun, sangat terasa ada sesuatu yang sedang murka di sana.
Jika ini masih kurang, bukti lain adalah kucing mereka melihat dari pintu lain ke ruangan itu, artinya kucing itu hanya perlu menyeberangi ruangan untuk datang kepada mereka. Sebaliknya, hewan itu jalan memutar membentuk huruf U melalui ruang tamu untuk mencapai mereka karena ia menghindari melintasi ruangan itu, sebuah ruangan yang telah dia lewati ratusan kali. Kucing itu merintih.
Kemudian 'kehadiran' pergi perlahan dan enggan.
Ketidakstabilan ruang-ruang tertentu di rumah ini dipahami oleh keluarga, tetapi membingungkan orang luar. Mengapa, mereka bertanya, tidak bisakah mereka minum kopi di tempat yang sama seperti terakhir kali mereka datang berkunjung? Dan jika anggota keluarga ada di sana ketika seseorang bertanya, dia akan menarik perhatian mereka, lalu mengarang sesuatu.