Sungguh, kemunculan Tora bukanlah kejutan. Dari dulu Moira selalu berkencan dengan cowok bajingan untuk melecehkan dirinya atas nama adik perempuannya itu. Di masa remajanya, Moira menyukai cowok brengsek berotot dengan kendaraan bising yang merundung dia dan Herman atas permintaan Moira. Biasanya, setelah mereka mengganggunya karena tak punya selera humor atau ketahuan bohong. Cowok-cowoknya juga sangat bodoh. Dan setelah salah satu cowok macho itu mematahkan rahangnya, dia hanya berkencan dengan Boneka Beruang Besar, cowok canggung yang secara fisik tidak berbahaya dengan selera musik yang tidak jelas, yang dia dan Herman tertawakan. Tora adalah cowok payah.
"Bisakah kita bicara?" Tora meletakkan tangannya di kusen pintu.
Dia tersenyum pada saudara iparnya.
"Kau belum diundang, Tora. Tanpa undangan, secara hukum kau adalah penyusup."
Tora melepaskan tangannya dari kusen dengan cepat. Moira pasti memberitahunya tentang pistol kuno berlapis perak. Apa yang dia tidak tahu adalah dia telah menjualnya untuk uang belanja.
Kakak iparnya mengenakan t-shirt ketat bertuliskan nama grup band yang tidak terkenal, padahal perutnya mulai buncit dan kantong mata. Kita semua menua.
Tora menyeka tangannya ke celana jinsnya, lalu berkata bahwa Moira berharap mereka tak harus bertengkar.
"Jadi aku hanya harus setuju dengannya dan semua orang akan hidup bahagia?"
Tora tidak menjawab.
Dia menutup pintu, menguncinya, dan pergi ke dapur untuk meminum beberapa botol bir hitam yang dia beli sore itu.
Rumah itu masih mengganggunya. Dia harus menjualnya. Beberapa malam belakangan ini, dia merasa seolah-olah berada di dalam perut ikan paus.