Dia menutup telepon. Dia juga hampir tidak bisa membayar sebagian pajak bumi bangunan yang menjadi kewajiban. Dari ketiga bersaudara itu, hanya Herman yang memiliki uang.
Duduk di sofa yang dibeli orang tuanya sebelum dia lahir, dia ingat tamu yang pernah bertanya bertahun-tahun lalu. Pertanyaan yang menimbulkan ketegangan di wajah mereka.
Mengapa mereka semua harus berdesakan di ruangan terkecil di rumah yang besar ini?
Tidak ada seorang pun di keluarga yang bisa menjelaskan tanpa terdengar konyol, jadi mereka terlihat aneh setiap kali 'kehadiran' memaksa mereka masuk ke dalam situasi ini.
"Apa kabar, Bang?" Herman menelepon malam berikutnya.
"Baik." Dia khawatir adiknya menelepon untuk mengatakan bahwa dia terpaksa mengikuti permintaan Moira untuk menjual rumah itu.
"Abang terdengar tegang."
"Dia meneleponmu, kan?"
"Yah...."
"Jawab. Apakah kamu berada dipihaknya?"
"Tidak, tidak, tidak. Aku harap kalian berdua bisa memutuskannya tanpa mengikutsertakan aku. Hanya saja, itu... kita tahu bagaimana tempat itu."