“Terima kasih Abah……Assalamu alaikum….”sambil mengucap salam aku memandang sang bidadari cinta yang masih memakai mukena putihnya. Sang pujaan hati dan jiwa terlihat berbeda, dia bukan lagi terlihat seperti manusia umumnya tapi bagai malaikat cinta suci. Sembari keluar dari pintu rumah aku mencium tangan abah dan meninggalkan rumah. Dan langkahku kini terasa sangat ringan dan mudah….semudah air sungai yang mengalir jernih dari mata air pegunungan.
“Cinta yang telah direstui orang tua, bagaikan ridho Allah yang tercurah dari langit. Semua menjadi indah, damai dan sempurna. Bagai hidup di surga, sebelum surga yang sebenarnya”
Kami dengan senyum bahagia, melangkah ke gerbang masa depan yang terbuka bagai cahaya yang memancar. Menyusuri jalan berdua, bergandengan tangan dan tertawa bersama, karena hati dan jiwa telah kembali menyatu seutuhnya.
Di masjid yang suci, kami mengikrarkan janji suci untuk saling mencintai karena Allah. Masjid ini adalah masjid yang bersih dan megah bernuansa mirip masjid Madinah. Niatku sekaligus ingin ke masjid Madinah makam rasulullah sekalian umrah bersama sang kekasih jiwa. Saat masuk masjid aku membayangkan sedang berada di Madinah bersama sang calon istri.
“Ya Allah…kabulkan ya Allah” aku berucap berulang kali.
Didalam masjid terlihat semua sudah teratur dengan baik dan siap mengadakan acara ijab qabul. Disiu terlihat telah tersedia perlengkapan menikah, sebuah meja dan sajadah membentang di atas karpet yang bernuansa hijau.
Semua terlihat tegang namun senang. Sambil beberapa ibu-ibu sedang mengobrol santai, sedangkan beberapa bapak-bapak terlihat sibuk mondar mandir mempersiapkan segala sesuatunya. Setelah bacaan quran dan ceramah tentang pernikahan, sang penghulu mencoba menjelaskan aturan dan kaidah-kaidah pernikahan sebelum acara ijab qabul dimulai. Para saksi mengambil tempat yang telah disediakan dan duduk berdampingan disebelah sang penghulu. Abah berinisiatif untuk menikahkan sendiri sang anak kesayangannya. Dia duduk dihadapanku dan mengulurkan tangannya kepadaku dan kubalas dengan jabatan tangan yang erat, sambil memandang wajahnya yang tenang. Dia berdoa dalam hati lalu berucap
“Dengan ini, aku nikahkan engkau Muhammad Insani bin Akbar dengan Putri Ramadan bin Wahyu Sofyan dengan mas kawin emas dan seperangkat alat sholat tunai karena Allah.”
Aku yang sudah latihan lama, dengan cepat menjawabnya
“Aku terima nikahnya Putri Ramadan bin Wahyu Sofyan dengan mas kawin tersebut. Tunai..!!”
Sorak para keluarga yang hadir berteriak….