3. Albert Einstein
Self-Motivation (Accelerator): Einstein didorong oleh rasa ingin tahu dan pencarian tanpa henti untuk memahami hukum alam semesta. Motivasi internalnya untuk menjelaskan konsep-konsep fisika yang kompleks membuatnya terus menggali teori-teori baru, seperti teori relativitas.
Self-Efficacy (Clutch): Kepercayaan diri Einstein dalam kemampuannya untuk mengubah pemahaman fisika klasik menunjukkan tingkat self-efficacy yang sangat tinggi. Ia berani mempertanyakan teori-teori yang sudah mapan dan berjuang untuk memvalidasi teorinya.
Self-Reflection (Brake): Einstein menunjukkan pentingnya self-reflection dalam ilmiah. Setelah membuat penemuan besar, ia sering merenung dan menguji teori-teorinya lebih lanjut untuk memastikan kebenarannya. Einstein juga secara terbuka mengakui kelemahan dan keterbatasan dari teori-teorinya ketika muncul bukti baru.
Social Navigation (Navigation System): Meskipun seorang ilmuwan yang sering bekerja secara mandiri, Einstein mampu menavigasi dunia ilmiah dan sosial dengan efektif. Ia terhubung dengan komunitas ilmiah global dan memahami pentingnya kerja sama antar negara, terutama setelah Perang Dunia II.
4. Steve Jobs
Self-Motivation (Accelerator): Steve Jobs dikenal dengan motivasi yang sangat kuat untuk menciptakan produk-produk inovatif yang mengubah dunia teknologi. Dia tidak hanya berfokus pada keuntungan, tetapi pada penciptaan teknologi yang bermanfaat untuk kemanusiaan.
Self-Efficacy (Clutch): Jobs memiliki keyakinan yang luar biasa terhadap kemampuannya untuk mengubah industri. Keyakinan diri ini terlihat pada usahanya untuk meyakinkan orang-orang di sekitarnya untuk mengikuti visinya meskipun banyak yang meragukannya.
Self-Reflection (Brake): Meskipun Jobs dikenal sebagai sosok yang keras kepala, ia juga memperlihatkan kemampuan refleksi diri yang penting. Misalnya, setelah dipecat dari Apple, ia melakukan introspeksi dan kembali ke perusahaan dengan perspektif yang lebih matang.
Social Navigation (Navigation System): Jobs memiliki kemampuan social navigation yang tinggi, mampu beradaptasi dengan kebutuhan pasar dan teknologi. Ia juga mampu menciptakan budaya perusahaan yang sangat kuat di Apple, membangun hubungan dengan karyawan, konsumen, dan mitra.
5. Elon Musk
Self-Motivation (Accelerator): Musk memiliki motivasi yang luar biasa untuk mendorong kemajuan teknologi, baik dalam eksplorasi ruang angkasa (SpaceX), energi terbarukan (Tesla), maupun teknologi kendaraan otonom. Motivasi Musk tidak hanya untuk keuntungan pribadi, tetapi juga untuk memberi dampak positif bagi umat manusia.
Self-Efficacy (Clutch): Musk memiliki keyakinan yang sangat tinggi terhadap kemampuannya untuk memecahkan masalah besar. Keberaniannya untuk berinvestasi dalam proyek yang sangat berisiko menunjukkan tingkat self-efficacy yang sangat kuat.
Self-Reflection (Brake): Musk sering kali merenung tentang kegagalan yang dihadapinya, baik dalam bisnis maupun teknologi. Ia belajar dari kesalahan dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki dan meningkatkan produknya.
Social Navigation (Navigation System): Musk sangat mahir dalam menavigasi dinamika sosial, terutama dalam menjalin hubungan dengan investor, pemerintah, dan masyarakat. Ia tahu bagaimana menciptakan antusiasme untuk teknologi baru yang ia kembangkan.
6. Soekarno
Self-Motivation (Accelerator): Sebagai Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno memiliki motivasi yang sangat kuat untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Self-motivation beliau juga tercermin dalam semangat untuk membangun Indonesia yang baru dan merdeka.
Self-Efficacy (Clutch): Soekarno memiliki keyakinan tinggi dalam kemampuan Indonesia untuk meraih kemerdekaan dan membangun negara yang kuat, meskipun menghadapi kekuatan besar seperti Belanda.
Self-Reflection (Brake): Soekarno dikenal sebagai pemimpin yang sering melakukan refleksi diri dalam menghadapi berbagai tantangan politik, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Social Navigation (Navigation System): Soekarno memiliki kecerdasan dalam menavigasi hubungan internasional dan politik, terutama dalam menjalin aliansi dengan negara-negara non-blok dan memanfaatkan dukungan global untuk kepentingan Indonesia.
7. Soeharto
Self-Motivation (Accelerator): Sebagai pemimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade, Soeharto memiliki motivasi yang kuat untuk menjaga kestabilan dan perkembangan ekonomi Indonesia, meskipun dengan cara yang kontroversial.
Self-Efficacy (Clutch): Soeharto memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi dalam menghadapi berbagai krisis, seperti krisis ekonomi dan perpolitikan, dan dia mampu menavigasi Indonesia melalui situasi tersebut.
Self-Reflection (Brake): Soeharto juga ber-refleksi dalam menghadapi tantangan politik dan ekonomi, meskipun sering kali menggunakan pendekatan yang lebih otoriter.
Social Navigation (Navigation System): Soeharto sangat mahir dalam menavigasi politik domestik dan internasional, beradaptasi dengan kebutuhan negara dan menjaga kestabilan politik Indonesia.
8. B.J. Habibie