Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketidakpuasan vs. Ridho: Duel Abadi yang Menentukan Takdir Sejarah Peradaban

11 Januari 2025   15:45 Diperbarui: 11 Januari 2025   15:45 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

f. Perubahan Paradigma dalam Kepemimpinan.

Kepemimpinan yang mampu menggerakkan motivasi manusia untuk perubahan peradaban harus berfokus pada visi jangka panjang, bukan hanya hasil jangka pendek. Kepemimpinan ini harus mendorong inovasi, menghargai keberagaman, dan menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dalam setiap kebijakan dan keputusan. Seorang pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu memotivasi orang untuk bekerja dengan integritas dan semangat kolaboratif, serta memiliki kemampuan untuk menginspirasi generasi mendatang agar berani menghadapi tantangan dan bertindak untuk perbaikan bersama.

Pendekatan baru untuk menggerakkan motivasi manusia memerlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas sifat manusia, serta pengintegrasian berbagai elemen emosional, spiritual, sosial, dan rasional. Dengan mengedepankan motivasi yang lebih positif dan berkelanjutan, kita dapat menciptakan locomotif peradaban yang mampu melaju lebih cepat menuju perubahan yang konstruktif. Di tengah ketidakpastian dunia modern, hanya dengan menciptakan fondasi motivasi yang kuat dan berbasis pada nilai-nilai universal yang membangun keseimbangan sosial dan ekologi, kita akan mampu mengarahkan peradaban ke jalur yang lebih baik dan lebih harmonis.

6. Antitesis: Peran Ridho dalam Perubahan yang Berkelanjutan

Ridho, yang sering diartikan sebagai penerimaan atau ikhlas terhadap situasi yang dihadapi, memainkan peran penting dalam menciptakan perubahan yang lebih berkelanjutan. Dalam konteks sejarah, ridho tidak hanya menggambarkan pasivitas, tetapi juga kekuatan untuk menerima kenyataan dengan kebijaksanaan, yang pada gilirannya memungkinkan individu atau masyarakat untuk bertindak secara lebih terarah, damai, dan inklusif. Ridho berfungsi sebagai penyeimbang bagi energi destruktif yang sering muncul dari ketidakpuasan, menciptakan stabilitas emosional dan mental yang diperlukan untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Berikut ini contoh konkret dari sejarah.

1. Kebangkitan Jepang Pasca Perang Dunia II

Ridho terhadap kekalahan telak dalam Perang Dunia II menjadi titik awal bagi transformasi Jepang menjadi negara modern dengan kekuatan ekonomi yang luar biasa. Penerimaan terhadap kenyataan kekalahan mendorong Jepang untuk meninggalkan semangat militerisme dan fokus pada pembangunan ekonomi, inovasi teknologi, dan rekonsiliasi internasional. Dengan kebijaksanaan kolektif yang berakar pada penerimaan ini, Jepang memulai "Keajaiban Ekonomi Jepang," menciptakan stabilitas domestik yang menjadi dasar kemajuan selama dekade-dekade berikutnya.

2. Perjuangan Nelson Mandela di Afrika Selatan

Nelson Mandela menjadi simbol ridho yang luar biasa atas penderitaan dan ketidakadilan yang dialaminya selama 27 tahun di penjara. Ridho ini tidak berarti menyerah, melainkan menerima kenyataan pahit sebagai titik awal untuk mendorong rekonsiliasi nasional. Ketika apartheid berakhir, Mandela memilih jalur perdamaian dan dialog daripada pembalasan, yang menciptakan transisi damai menuju demokrasi di Afrika Selatan. Ridho ini memungkinkan terciptanya bangsa yang lebih inklusif dan menghindarkan negara tersebut dari perang saudara yang mematikan.

3. Ridho dalam Sejarah Islam: Hijrah Nabi Muhammad

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun