Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketidakpuasan vs. Ridho: Duel Abadi yang Menentukan Takdir Sejarah Peradaban

11 Januari 2025   15:45 Diperbarui: 11 Januari 2025   15:45 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ridho tidak berarti pasrah tanpa tindakan, melainkan sikap menerima kenyataan sambil tetap berusaha mengubahnya dengan cara terbaik.

Orang yang ridho dengan keterbatasan saat ini tidak berarti menyerah. Sebaliknya, penerimaan tersebut memungkinkan individu untuk mengamati realitas dengan jernih tanpa bias emosional atau keinginan berlebihan.

Sikap ini menghasilkan clarity (kejernihan) dalam berpikir, sehingga inovasi yang muncul lebih terarah dan efektif.

Dalam pengembangan teknologi hijau, ridho terhadap fakta bahwa sumber daya alam terbatas tidak menghentikan inovasi, tetapi menjadi motivasi untuk menciptakan energi terbarukan.

Ketidakpuasan adalah dorongan awal, tetapi ridho memberi stabilitas emosional untuk menyelesaikan masalah tanpa terburu-buru.

b. Ridho Sebagai Penggerak Ekonomi

Dalam ekonomi, ridho dapat membantu individu dan masyarakat menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan dan keberlanjutan.

  1. Ridho Mendorong Etika dalam Ekonomi:

Ridho menciptakan rasa cukup (contentment), yang mengurangi dorongan untuk mengeksploitasi sumber daya secara berlebihan atau menciptakan ketimpangan ekonomi.

Dalam Islam, ridho tercermin dalam prinsip keadilan dan larangan riba, yang mendorong model ekonomi yang berkelanjutan.

"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS. Al-Baqarah: 275)

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    13. 13
    14. 14
    15. 15
    16. 16
    17. 17
    18. 18
    19. 19
    20. 20
    21. 21
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun