Ridho tidak berarti pasrah tanpa tindakan, melainkan sikap menerima kenyataan sambil tetap berusaha mengubahnya dengan cara terbaik.
Orang yang ridho dengan keterbatasan saat ini tidak berarti menyerah. Sebaliknya, penerimaan tersebut memungkinkan individu untuk mengamati realitas dengan jernih tanpa bias emosional atau keinginan berlebihan.
Sikap ini menghasilkan clarity (kejernihan) dalam berpikir, sehingga inovasi yang muncul lebih terarah dan efektif.
Dalam pengembangan teknologi hijau, ridho terhadap fakta bahwa sumber daya alam terbatas tidak menghentikan inovasi, tetapi menjadi motivasi untuk menciptakan energi terbarukan.
Ketidakpuasan adalah dorongan awal, tetapi ridho memberi stabilitas emosional untuk menyelesaikan masalah tanpa terburu-buru.
b. Ridho Sebagai Penggerak Ekonomi
Dalam ekonomi, ridho dapat membantu individu dan masyarakat menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan dan keberlanjutan.
Ridho Mendorong Etika dalam Ekonomi:
Ridho menciptakan rasa cukup (contentment), yang mengurangi dorongan untuk mengeksploitasi sumber daya secara berlebihan atau menciptakan ketimpangan ekonomi.
Dalam Islam, ridho tercermin dalam prinsip keadilan dan larangan riba, yang mendorong model ekonomi yang berkelanjutan.
"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS. Al-Baqarah: 275)