Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketidakpuasan vs. Ridho: Duel Abadi yang Menentukan Takdir Sejarah Peradaban

11 Januari 2025   15:45 Diperbarui: 11 Januari 2025   15:45 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah adalah salah satu contoh penerimaan atas kenyataan pahit yang dihadapi kaum Muslim awal. Ridho terhadap tekanan dan penindasan di Mekah tidak berarti menyerah, melainkan memindahkan perjuangan ke lingkungan yang lebih kondusif. Penerimaan ini menjadi awal bagi pembentukan masyarakat Madinah yang inklusif dan harmonis, di mana berbagai kelompok agama hidup berdampingan dengan damai. Ridho terhadap keadaan membuka jalan bagi kemajuan spiritual, sosial, dan politik umat Islam.

4. Gerakan Non-Kekerasan Gandhi di India

Gerakan non-kekerasan Gandhi adalah manifestasi ridho terhadap ketidakadilan kolonialisme Inggris. Gandhi menerima kenyataan bahwa kekerasan hanya akan memperburuk situasi dan malah memilih jalur perjuangan tanpa kekerasan. Dengan ridho sebagai dasar filosofinya, Gandhi menginspirasi jutaan orang India untuk melawan ketidakadilan dengan damai, yang akhirnya membawa India menuju kemerdekaan. Ridho ini menciptakan landasan moral yang kuat bagi gerakan kemerdekaan, yang tetap relevan hingga saat ini.

5. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Ridho atas ketidakpastian dan tantangan yang dihadapi selama perjuangan kemerdekaan memberikan kekuatan moral kepada bangsa Indonesia. Para pemimpin kemerdekaan, termasuk Soekarno dan Hatta, menerima kenyataan bahwa perjuangan tidak dapat segera menjamin hasil yang pasti. Namun, ridho terhadap ketidakpastian ini tidak menghalangi tekad mereka untuk memproklamasikan kemerdekaan. Sebaliknya, ridho ini memberi keberanian dan arah moral yang jelas, yang menjadi landasan untuk membangun Indonesia sebagai negara merdeka.

Ridho memberikan stabilitas emosional yang diperlukan untuk menghadapi situasi sulit tanpa kehilangan arah. Ketika ketidakpuasan sering kali menciptakan tekanan emosional yang bisa berujung pada tindakan destruktif, ridho menawarkan pendekatan yang lebih tenang dan terfokus. Dalam konteks sejarah, ridho memungkinkan masyarakat untuk mencari solusi yang inklusif dan berkelanjutan.

Selain itu, ridho mengurangi konflik internal dalam diri individu dan konflik sosial dalam masyarakat, menciptakan ruang bagi dialog dan kerjasama. Hal ini mendorong terciptanya perubahan yang tidak hanya cepat tetapi juga bertahan lama. Ridho juga memungkinkan individu untuk menerima keterbatasan mereka, mengalihkan energi mereka ke arah yang lebih produktif, dan bertindak dengan visi yang lebih luas daripada sekadar reaksi terhadap rasa tidak puas.

7. Ridho Sebagai Lokomotif Peradaban 

Ridho, dalam esensinya, adalah kekuatan yang memperkuat karakter dan membentuk masyarakat yang lebih inklusif, damai, dan berorientasi pada masa depan. Di panggung sejarah, ridho adalah elemen yang sering diabaikan tetapi memiliki potensi luar biasa untuk menjadi pendorong perubahan yang berkelanjutan dan bermakna.

Pertanyaan ini membawa diskusi ke tingkat yang lebih mendalam. Secara sekilas, ridho (penerimaan) tampak bertentangan dengan ketidakpuasan sebagai penggerak utama inovasi, ekonomi, seni, peradaban, dan hegemoni dunia. Namun, jika dipahami secara lebih dalam, ridho memiliki potensi besar untuk menjadi landasan yang kokoh bagi perubahan dan kemajuan yang berkelanjutan. Berikut adalah penjelasan bagaimana sikap ridho dapat menggerakkan lima aspek tersebut:

a. Ridho sebagai Landasan Inovasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun