Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketidakpuasan vs. Ridho: Duel Abadi yang Menentukan Takdir Sejarah Peradaban

11 Januari 2025   15:45 Diperbarui: 11 Januari 2025   15:45 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ridho Membantu Peradaban Bertahan dari Krisis:

Dalam sejarah, peradaban yang mampu bangkit dari kehancuran sering kali memiliki elemen ridho.

Ridho memungkinkan masyarakat menerima keterbatasan sementara, seperti kekalahan atau bencana, tanpa kehilangan harapan untuk masa depan.

  1. Ridho Mengurangi Konflik:

Peradaban yang ridho terhadap keberagaman dan perbedaan cenderung lebih stabil. Sikap ini terlihat dalam peradaban Islam klasik, yang menerima berbagai budaya di bawah satu sistem hukum yang adil.

  1. Ridho Sebagai Penyeimbang Ekspansi:

Peradaban yang berkembang dengan ridho cenderung menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan pelestarian budaya.

e. Ridho dalam Pergiliran Hegemoni Dunia

Hegemoni dunia sering bergeser melalui konflik, tetapi ridho dapat menciptakan transisi yang lebih damai.

Hegemoni dunia seringkali berakhir karena kegagalan menerima perubahan. Sebaliknya, bangsa yang ridho terhadap dinamika global cenderung lebih adaptif.

Jepang, seperti disebutkan di atas, pasca-Perang Dunia II menerima kekalahan dengan ridho, tetapi menggunakan sikap ini untuk membangun kembali negaranya menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun