Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketidakpuasan vs. Ridho: Duel Abadi yang Menentukan Takdir Sejarah Peradaban

11 Januari 2025   15:45 Diperbarui: 11 Januari 2025   15:45 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ridho Membentuk Mentalitas Syukur yang Produktif:

Orang yang ridho cenderung bersyukur atas rezeki yang ada, tetapi tetap berusaha mengelolanya dengan bijak. Ini menghasilkan ekonomi yang lebih stabil dan terarah.

Pendekatan ekonomi berbasis ridho terlihat dalam konsep ekonomi solidaritas, di mana masyarakat berbagi keuntungan secara adil, seperti dalam koperasi atau model zakat.

c. Ridho dalam Seni dan Budaya

Seni sering dianggap sebagai ruang ekspresi ketidakpuasan. Namun, ridho juga memiliki peran besar dalam menciptakan seni yang lebih mendalam.

Ridho mengajarkan seniman untuk menerima kondisi manusia, termasuk penderitaan, keterbatasan, dan keindahan alamiah dunia. Dari sini lahir seni yang reflektif dan transformatif.

Seni yang dihasilkan dari ridho seringkali membawa pesan damai, harmoni, dan keseimbangan.

Dalam seni Islam, seperti kaligrafi dan arsitektur masjid, ada penerimaan terhadap prinsip kesederhanaan dan keseimbangan, yang menciptakan keindahan unik yang tidak terikat pada ketidakpuasan.

Seni modern sering kali dikuasai oleh ketidakpuasan yang destruktif, sementara ridho dapat mengembalikan seni pada fungsi sosial dan spiritualnya.

d. Ridho Sebagai Pilar Peradaban

Peradaban yang kokoh dibangun di atas keseimbangan antara usaha (ikhtiar) dan penerimaan (ridho).

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    13. 13
    14. 14
    15. 15
    16. 16
    17. 17
    18. 18
    19. 19
    20. 20
    21. 21
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun