Wanita itu pergi setelah membayar, dan tukang es doger itu kembali ke dalam pikirannya. "Ridho... Menerima... apakah itu yang aku butuhkan?" Pikirannya berkecamuk, tetapi ada secercah pemahaman yang mulai muncul. Mungkin ridho bukan tentang menyerah. Mungkin itu adalah keberanian untuk menerima kenyataan dan memulai dari titik itu. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok. Es doger yang terjual hanya satu hari ini, mungkin esok ada yang datang lebih banyak, atau mungkin tidak sama sekali. Namun, ia tahu, dalam ketidakpastian itu, ia masih memiliki satu hal: keberanian untuk bertahan.
Dan dengan itu, dalam kesunyian Pasar Lama yang masih dibasahi hujan, tukang es dogger itu menarik napas panjang, mengumpulkan kekuatan untuk melanjutkan langkahnya. Tidak ada yang pasti, tetapi dalam ridho, ia menemukan alasan untuk terus berjuang.
Abstrak:
Artikel ini mengupas pertarungan abadi antara ketidakpuasan dan ridho sebagai kekuatan pendorong yang membentuk peradaban sepanjang sejarah. Ketidakpuasan sering kali menjadi bahan bakar bagi perubahan besar, mendorong revolusi sosial dan politik yang mengguncang struktur lama, namun sering berujung pada kekacauan dan ketidakstabilan. Sebaliknya, ridho, meski terlihat sebagai sikap pasif, berfungsi sebagai penyeimbang yang memungkinkan bangsa untuk menghadapi realitas dengan bijaksana, mengolah tantangan menjadi peluang untuk kebangkitan yang berkelanjutan. Melalui analisis beberapa contoh sejarah, seperti Revolusi Prancis, Revolusi Bolshevik, kebangkitan Jepang pasca-Perang Dunia II, dan perjuangan rekonsiliasi di Afrika Selatan, artikel ini menunjukkan bagaimana ketidakpuasan dan ridho dapat berinteraksi secara dinamis untuk menentukan arah peradaban. Dengan pendekatan sintesis, artikel ini mengusulkan bahwa keseimbangan antara keduanya adalah kunci bagi keberlanjutan perubahan sosial dan politik yang stabil dan konstruktif, terutama dalam menghadapi tantangan global yang kompleks di masa depan.
1. Pendahuluan
Definisi dan Konsepsi Ketidakpuasan dan Keridhoan dalam Konteks Filsafat, Psikologi, dan Neurosains
Ketidakpuasan dapat dipahami sebagai kondisi psikologis yang muncul akibat ketidakmampuan individu atau kelompok untuk menerima situasi yang ada, sering kali karena perasaan tidak adil, tidak cukup, atau tidak sesuai harapan. Dalam filsafat, ketidakpuasan sering dikaitkan dengan konsep "desire" atau keinginan yang tak terpuaskan, yang memicu gerakan untuk perubahan atau perbaikan. Psikologisnya, ketidakpuasan merupakan reaksi terhadap ketidakstabilan emosional atau ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam neurosains, ketidakpuasan dipahami sebagai dorongan yang tercipta melalui sistem limbik dan prefrontal cortex, yang menilai situasi dan mendorong individu untuk berusaha mengubah atau mengatasi ketidaknyamanan tersebut.
Sementara itu, keridhoan (atau penerimaan yang bijaksana terhadap kenyataan) lebih mengarah pada penerimaan terhadap keadaan yang ada, dengan pemahaman bahwa kenyataan tersebut memiliki hikmah atau tujuan yang lebih besar. Dalam filsafat, keridhoan sering dipandang sebagai sebuah kebijaksanaan yang muncul setelah penerimaan penuh terhadap realitas, berlandaskan pada filosofi stoikisme atau ajaran-ajaran spiritual lainnya yang menekankan pengendalian diri dan ketenangan batin. Dalam psikologi, keridhoan berhubungan dengan kemampuan untuk menerima keadaan tanpa mengembangkan rasa sakit atau penolakan berlebihan, sedangkan dalam neurosains, keridhoan mungkin terkait dengan regulasi emosi dan penyesuaian diri terhadap stres.
Ketidakpuasan dan Keridhoan sebagai Pendorong Perubahan Besar dalam Sejarah
Ketidakpuasan sering kali menjadi katalisator utama dalam peristiwa-peristiwa revolusioner sepanjang sejarah. Ketika individu atau kelompok merasa bahwa mereka berada dalam situasi yang tidak dapat diterima, dorongan untuk perubahan sering kali mengarah pada gerakan sosial atau politik yang mengubah tatanan lama. Revolusi Prancis, Revolusi Bolshevik, dan revolusi-revolusi lainnya adalah contoh konkret bagaimana ketidakpuasan menciptakan momentum untuk perubahan besar. Di sisi lain, keridhoan, meskipun mungkin tidak terlihat sebagai penggerak langsung dari revolusi, memainkan peran penting dalam menjaga kestabilan sosial dan politik setelah perubahan besar terjadi, serta dalam menciptakan landasan bagi perbaikan yang lebih berkelanjutan.
Keunggulan dan Kelemahan Ketidakpuasan dalam Panggung Sejarah dan Peradaban