Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Urgensi Sikap Munafik

17 Desember 2024   22:04 Diperbarui: 18 Desember 2024   03:40 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

B. Teori Cognitive Dissonance (Leon Festinger)

Definisi Cognitive Dissonance

Leon Festinger (1957) mengemukakan bahwa cognitive dissonance adalah kondisi psikologis yang timbul ketika individu merasakan ketidaksesuaian antara keyakinan, emosi, dan tindakan mereka. Ketidaksesuaian ini menimbulkan tekanan internal yang mendorong individu untuk mengurangi ketegangan ini, sering kali dengan mengubah sikap atau tindakan mereka. Dalam konteks ini, disonansi kognitif dianggap sebagai kondisi yang tidak nyaman yang mempengaruhi keseimbangan psikologis individu, yang perlu diselesaikan agar individu dapat kembali pada keadaan yang lebih harmonis dalam dirinya.

Munafik Strategis sebagai Resolusi Dissonansi

Dalam interaksi sosial, individu sering kali dihadapkan pada situasi di mana berpegang pada kejujuran absolut dapat menyebabkan konflik atau merusak hubungan sosial. Dalam kasus semacam ini, munafik strategis muncul sebagai solusi pragmatis untuk meredakan disonansi kognitif. Munafik strategis menawarkan cara untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh ketidaksesuaian antara emosi dan tindakan melalui beberapa mekanisme:

Meredam Emosi Negatif untuk Menghindari Konflik: Dalam banyak situasi sosial, terutama yang melibatkan hubungan interpersonal yang kompleks, mengungkapkan emosi negatif secara langsung bisa memperburuk keadaan dan mempercepat eskalasi konflik. Dengan menahan ekspresi emosi negatif, individu dapat mencegah ketegangan yang lebih besar, menjaga keseimbangan dalam relasi sosial.

Menyesuaikan Perilaku Eksternal untuk Menjaga Stabilitas Relasi Sosial: Selain menahan emosi, munafik strategis juga melibatkan penyesuaian perilaku eksternal untuk menciptakan citra yang lebih positif atau menghindari ketegangan yang tidak produktif. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas sosial dan memastikan kelangsungan hubungan yang lebih harmonis.

Implikasi Psikologis

Dari perspektif psikologis, munafik strategis dapat dilihat sebagai mekanisme adaptif yang membantu individu meredakan ketegangan kognitif dan emosional. Dengan menghindari konfrontasi yang dapat merusak hubungan sosial atau memperburuk keadaan mental, individu dapat mengelola disonansi yang mereka alami. Secara lebih lanjut, hal ini juga berfungsi untuk mencegah akumulasi konflik internal yang dapat merugikan kesehatan mental jangka panjang. Tindakan pengendalian diri ini berperan sebagai saluran untuk menjaga keseimbangan psikologis, memungkinkan individu untuk tetap dalam kondisi mental yang lebih sehat dan menjaga harmoni sosial.

Dalam jangka panjang, munafik strategis yang dilakukan dengan kesadaran dan kebijaksanaan menjadi strategi adaptif yang efektif untuk mendukung keseimbangan sosial dan psikologis. Dengan memahami disonansi kognitif sebagai bagian dari pengalaman manusia yang normal, individu dapat mengelola ketegangan tersebut dengan cara yang lebih konstruktif dan tidak merusak hubungan mereka, baik dalam konteks pribadi maupun sosial.

C. Kecerdasan Emosional (Daniel Goleman)

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun