Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Urgensi Sikap Munafik

17 Desember 2024   22:04 Diperbarui: 18 Desember 2024   03:40 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendekatan ini sangat didukung oleh teori psikologi positif yang dikemukakan oleh Martin Seligman, yang menekankan bahwa pengendalian diri merupakan kunci utama untuk mencapai kebahagiaan dan harmoni sosial. Seligman berpendapat bahwa pengendalian emosi tidak berarti menekan atau mengabaikan perasaan, melainkan mengaturnya secara sehat dan produktif. Dalam konteks munafik strategis, tindakan menahan diri dari ekspresi emosi negatif tidak hanya melindungi individu dari dampak negatif dari perilaku emosional, tetapi juga memungkinkan mereka untuk menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial mereka.

Studi neuroscience juga memberikan dukungan ilmiah yang kuat terhadap fenomena ini. Penelitian fMRI menunjukkan bahwa ketika seseorang melakukan regulasi emosi, aktivitas di amigdala---bagian otak yang terkait dengan pemrosesan emosi---berkurang secara signifikan. Sementara itu, korteks prefrontal medial, yang berperan dalam pengambilan keputusan dan pengendalian diri, menunjukkan peningkatan aktivitas. Hal ini membuktikan bahwa munafik strategis adalah hasil dari kemampuan otak untuk meredam impuls emosional yang timbul dari amigdala dan menggantinya dengan keputusan yang lebih rasional dan bijaksana yang diatur oleh korteks prefrontal. Oleh karena itu, munafik strategis tidak hanya mencerminkan pengendalian diri, tetapi juga kemampuan otak untuk menyelaraskan emosi dengan tujuan jangka panjang yang lebih konstruktif.

Untuk menggambarkan hal ini lebih lanjut, kita dapat mengambil contoh dari dunia diplomasi internasional. Seorang diplomat yang terlibat dalam perundingan internasional mungkin merasa frustrasi atau kecewa dengan posisi pihak lain yang tidak sesuai dengan harapan. Namun, dalam konteks tersebut, diplomat tersebut memilih untuk menahan emosinya dan tidak mengungkapkan frustrasi pribadi mereka secara langsung. Alih-alih bereaksi dengan cara yang dapat merusak hubungan antarnegara, diplomat tersebut memilih untuk tetap tenang dan mengedepankan kepentingan bersama dalam upaya mencapai konsensus yang menguntungkan semua pihak. Ini merupakan contoh jelas dari munafik strategis yang didorong oleh kecerdasan emosional, di mana pengendalian diri digunakan untuk menjaga keharmonisan sosial dan mencapai tujuan yang lebih besar.

Implikasi signifikan dari fenomena ini adalah bahwa munafik strategis menjadi bukti nyata dari kecerdasan emosional yang tinggi. Individu yang mampu menahan impuls emosional dan memilih respons yang lebih terkontrol tidak hanya menunjukkan kedewasaan pribadi, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya harmoni sosial yang lebih stabil dan produktif. Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh dengan ketegangan, kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif bukan hanya meningkatkan kesejahteraan pribadi, tetapi juga memperkuat hubungan sosial yang saling menguntungkan. Dengan demikian, munafik strategis bukan hanya sekadar pengendalian diri, tetapi merupakan bentuk kecerdasan emosional yang memungkinkan individu untuk merespons dinamika sosial dengan cara yang lebih adaptif, konstruktif, dan bijaksana.

Kontekstualisasi Munafik Strategis dalam Diplomasi Sosial

Munafik strategis memiliki relevansi yang mendalam dalam konteks diplomasi sosial, baik pada skala mikro, seperti hubungan dalam keluarga dan komunitas, maupun pada skala makro yang lebih luas, mencakup politik dan hubungan internasional. Dalam dunia yang semakin kompleks dan terhubung, kemampuan untuk menjaga harmoni sosial melalui pengendalian diri dan komunikasi yang adaptif menjadi semakin penting. Dalam hal ini, munafik strategis muncul sebagai alat yang sangat efektif dalam merespons tantangan sosial dan politik yang memerlukan pendekatan diplomatik dan konstruktif.

Pada tingkat komunikasi, munafik strategis berfungsi sebagai strategi untuk menekan respons spontan yang bersifat negatif dan emosional. Alih-alih bereaksi dengan impulsif, individu memilih untuk menahan diri dan memilih kata-kata yang lebih diplomatis, sehingga menjaga kelangsungan dialog yang produktif dan mengarah pada solusi yang lebih konstruktif. Hal ini sangat penting baik dalam interaksi pribadi maupun dalam pertemuan politik, di mana kata-kata yang terlontar dapat mempengaruhi jalannya proses negosiasi dan bahkan menciptakan atau mengatasi ketegangan. Sebagai contoh, dalam perundingan internasional antara dua negara yang sedang berkonflik, sikap terkendali dan kemampuan untuk menahan diri dari reaksi emosional memungkinkan kedua pihak untuk meredam ketegangan dan membuka ruang bagi solusi bersama. Dalam konteks ini, munafik strategis berfungsi bukan sebagai kebohongan atau kepalsuan, tetapi sebagai sebuah bentuk kecerdasan sosial yang mendalam.

Selain itu, dalam pengelolaan konflik, munafik strategis memungkinkan individu atau kelompok untuk menghindari eskalasi yang dapat memperburuk situasi. Menghadapi ketegangan, apakah itu dalam pertemuan diplomatik tingkat tinggi atau dalam percakapan sehari-hari, pengendalian emosi menjadi kunci utama. Dengan menekan emosi negatif, seseorang dapat menghindari respons yang merusak dan memilih pendekatan yang lebih adaptif, yang dapat menciptakan ruang untuk kompromi dan penyelesaian yang lebih damai. Hal ini sangat relevan dalam dunia politik, di mana ketegangan antar pihak sering kali dapat memicu ketegangan sosial yang lebih luas. Namun, di tingkat yang lebih pribadi, seperti dalam keluarga, munafik strategis dapat berperan penting dalam menciptakan komunikasi yang terbuka dan penuh empati. Sebagai contoh, seorang ibu yang mungkin merasa kecewa dengan anaknya akan memilih untuk menahan rasa kecewanya tersebut, untuk memberi ruang bagi anaknya berbicara dan mengungkapkan perasaan mereka. Ini menunjukkan bagaimana munafik strategis dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan keharmonisan keluarga dan menghindari konflik yang tidak perlu.

Secara keseluruhan, munafik strategis adalah instrumen penting dalam membangun kepercayaan, stabilitas, dan harmoni, baik dalam konteks hubungan sosial yang lebih luas, maupun dalam interaksi interpersonal yang lebih kecil. Hal ini menjadi relevansi yang tidak hanya penting di dunia politik, tetapi juga dalam kehidupan sosial yang lebih dekat, di mana hubungan yang baik dan pengelolaan emosi yang bijaksana sangat penting untuk menciptakan stabilitas dan keharmonisan.

Munafik Strategis sebagai Jawaban atas Tantangan Sosial Kontemporer

Di tengah era modern yang penuh dengan tekanan emosional dan polarisasi sosial, munafik strategis menawarkan solusi signifikan untuk menangani berbagai tantangan tersebut. Salah satu tantangan utama yang dihadapi masyarakat saat ini adalah polarisasi sosial yang semakin meningkat, di mana perbedaan pendapat, nilai, dan keyakinan sering kali menciptakan ketegangan yang tidak produktif. Dalam menghadapi hal ini, munafik strategis berperan penting dengan menawarkan cara untuk menekan emosi negatif demi membangun dialog yang lebih konstruktif. Menyadari bahwa emosi yang tidak terkendali hanya akan memperburuk keadaan, individu yang mengaplikasikan munafik strategis memilih untuk menahan emosi mereka dan fokus pada pencarian solusi yang dapat diterima bersama.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun