Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Urgensi Sikap Munafik

17 Desember 2024   22:04 Diperbarui: 18 Desember 2024   03:40 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Munafik strategis bukanlah sekadar upaya untuk menciptakan kesan damai atau menekan ketegangan, tetapi lebih sebagai upaya untuk mengelola emosi secara bijaksana agar kritik yang disampaikan tetap konstruktif dan profesional. Ketika emosi negatif, seperti frustrasi atau kemarahan, ditahan dengan cara yang terkontrol, individu lebih mampu menyampaikan kritik secara lebih objektif dan berbasis pada solusi. Kritik yang tidak dipengaruhi oleh ledakan emosi seringkali lebih diterima dan memberi dampak yang lebih besar bagi perbaikan tim.

Dalam jangka panjang, pengendalian diri dalam mengelola emosi berkontribusi pada pembangunan fondasi kepercayaan di dalam tim. Ketika individu secara konsisten menunjukkan kemampuan untuk meredam reaksi emosional mereka, ini membangun rasa saling hormat dan mengurangi ketegangan dalam hubungan antar anggota tim. Kepercayaan yang terbangun ini menciptakan iklim yang kondusif bagi kritik yang lebih terbuka dan lebih produktif di masa depan, karena anggota tim merasa dihargai dan didengarkan dengan cara yang konstruktif.

Selain itu, menahan diri dari reaksi emosional yang berlebihan dalam situasi kritis juga menghindarkan tim dari pola konfrontatif yang tidak produktif. Dewasa dalam bekerja sama, baik dalam menerima maupun memberikan kritik, memungkinkan tim untuk mengatasi tantangan tanpa memicu konflik yang merusak. Hal ini memperkuat hubungan interpersonal dan meningkatkan efektivitas kolaborasi, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas tim.

Sebagai contoh, dalam kerja tim, kritik yang disampaikan setelah refleksi matang---tanpa intervensi emosi negatif---dapat lebih fokus pada solusi dan perbaikan, daripada menjadi serangan pribadi. Ini menciptakan ruang bagi diskusi yang lebih produktif dan memungkinkan kolaborasi yang lebih efisien dalam mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, munafik strategis tidak mereduksi produktivitas, melainkan justru memperkuatnya dengan memastikan bahwa kritik dan masukan diberikan dengan cara yang bijaksana dan tidak merusak hubungan kerja.

Kesimpulan

Kajian ini menegaskan bahwa munafik strategis merupakan mekanisme adaptif yang memainkan peran penting dalam menjaga harmoni relasi sosial dan kolaborasi di tengah kompleksitas interaksi manusia. Berangkat dari kritik etis, psikologis, praktis, budaya, filosofis, relasional, dan kolaboratif, penelitian ini menunjukkan bahwa sikap munafik strategis bukanlah bentuk ketidakjujuran atau penindasan emosi, melainkan strategi pengendalian diri yang bijak dan terukur.

Secara etis, perilaku ini bertujuan untuk menghindari konfrontasi destruktif demi kebaikan yang lebih besar. Dari sudut pandang psikologis, ini adalah bentuk self-regulation yang memungkinkan penyaluran emosi negatif secara konstruktif dan di waktu yang tepat. Pendekatan praktis menekankan bahwa solusi jangka pendek ini membuka peluang komunikasi yang lebih matang di masa depan. Sementara itu, kritik budaya mengenai rukun semu dapat diatasi dengan menciptakan keseimbangan antara harmoni dan kritik yang produktif.

Secara filosofis, munafik strategis tidak mengabaikan keaslian (authenticity), tetapi mengarahkan individu pada bentuk kejujuran yang lebih matang dan penuh empati. Kritik mengenai relasi dan *kolaborasi juga membuktikan bahwa menunda ekspresi emosi negatif memberi ruang bagi refleksi yang lebih bijaksana, meningkatkan efektivitas komunikasi, serta membangun fondasi kepercayaan dalam lingkungan yang produktif.

Dengan dukungan dari teori filsafat, psikologi, dan neuroscience, penelitian ini menunjukkan bahwa munafik strategis adalah praktik adaptif yang mendukung keberlanjutan relasi dan kolaborasi jangka panjang. Dalam dunia yang semakin kompleks, kemampuan mengelola emosi, menunda ekspresi spontan, dan memilih waktu yang tepat untuk bersikap asertif merupakan keterampilan penting dalam membangun kehidupan sosial yang sehat, harmonis, dan produktif.

Munafik strategis bukanlah penindasan emosi atau kepura-puraan destruktif, melainkan wujud kebijaksanaan interpersonal yang memungkinkan individu menciptakan keseimbangan antara kejujuran, harmoni, dan keberlanjutan hubungan sosial.

Rekomendasi

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun