Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Warnet

4 Mei 2015   17:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:23 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mataku masih saja mengamati seseorang yang berada di dalamCOM 14 . Billing internet yang disewanya habis dan sudah waktunya ia keluar dari bilik tersebut . Tapi sudah kutunggu sampai 3 menit ia belum keluar dari sana padahal ada seseorang yang akan menyewanya .

Namun ada satu keanehan yang terlihat di sana . Aku melihat seseorang dalam bilik tersebut tertunduk dengan wajah mengenai papan keyboard . Aku sudah mengira pasti ia tertidur . Tapi bagaimana dia bisa tidur dengan kondisi warnet yang dikerubungi oleh suara loud speaker yang riuh dan ribut . Entahlah , yang pasti aku akan ke sana untuk membangunkan orang itu .

Ketika kakiku hendak melangkah , kumerasakan hawa tak enak di sekitar bilik itu . Itu semakin menguat dengan suhu bilik yang turun drastis sehingga bulu romaku berdiri tegak . Aku menekuk kedua kakiku dan mengguncang - guncang badannya . Aku sedikit terkesiap , badannya mendingin dan kaku . Pikiranku semakin liar dengan dugaan - dugaan buruk tentang orang tersebut . Aku mulai panik dan langsung mendorong badannya ke belakang .

Ya Tuhan !

Wajahnya tegang memucat dengan mata terbeliak hampir melompat keluar . Dari dalam mulutnya keluar seperti cairan kental kehitam - hitaman berbau busuk dan anyir membasahi papan keyboard . Aku yang tak kuasa menahan bau menjijikkan tersebut , spontan memuntahkan segala isi perutku . Orang - orang yang melihatku muntah , berduyun - duyun mendatangi bilik di mana aku berada . Mereka terperanjat melihat mayat seorang pria sudah meregang nyawa dengan kondisi mengerikan .

Aku lupa , aku belum sempat memperkenalkan diriku . Aku hanyalah anak dari keluarga serba pas - pasan yang mengadu nasib di luar kota . Namaku Rian . Setelah aku tamat SMK aku memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku . Sebenarnya aku ingin sekali melanjutkan kuliah , tapi karena keuangan orang tuaku yang serba pas - pasan , aku mengurungkan niatku untuk kuliah . Aku memilih untuk melamar sebagai seorang operator warnet sekaligus memanfaatkan kemampuan keahlianku dalam mengolah program - program komputer .

Awalnya aku bekerja di sebuah toko Handphone tiga bulan lalu namun aku memilih mengundurkan diri dari sana dengan alasan keluarga . Kemudian aku menjatuhkan lamaranku pada sebuah warnet yang sedang mencari lowongan kerja sebagai operator warnet . Akuditerima di sebuah warnet yang berada di sebuah ruko bertingkat di sebuah perumahan . Ada kesan tak enak ketika aku hendak memasuki warnet tersebut .

Hembusan angin dingin di tengah hari sontak membuat bulu kudukku berdiri tegak . Kumerasa sepasang mata tengah memata - mataiku ketika aku menginjakkan kaki pertama kali di sana . Dalam hati , aku mencoba menepis segala hal - hal berbau mistis dengan berdoa dalam hati . Aku sudah lumayan tenang meskipun rasa takut masih membayangi pikiranku . Kemudian , pandangan mataku beralih pada operator warnet yang tengah berjaga . Sempat ragu terbesit , tapi aku coba memberanikan diri untuk bertanya .

" Permisi , apa benar di sini menerima lowongan pekerjaan sebagai operator warnet ? " tanyaku pada operator tesebut .

Sang operator mengalihkan perhatiannya padaku .

" Anda yakin mau bekerja di sini ? " ia malah balik bertanya padaku . Cara dirinya menatapku penuh keraguan tapi ada kekhawatiran di sana . Aku tak mengerti apa maksudnya ia bertanya seperti itu padaku , tapi aku hanya mengabaikannya .

" Sangat yakin . " jawabku penuh keyakinan .

" Kalau begitu , biar saya panggilkan dulu majikan saya . Kamu tunggu saja sebentar di sini . " perempuan itu beralih dari tempatnya sambil menahanku di sana sedangkan ia pergi menemui majikannya .

Aku sejenak menikmati ramainya suasana warnet yang sarat akan suara musikdan game - game online dari loud speaker yang cukup memekakkan telinga . Lagi , aku mengamati mayoritas pengunjung warnet adalah anak - anak sekolah selebihnya orang - orang biasa . Aku tak bisa melihat selebihnya karena terhalangi oleh sekat - sekat yang membatasi satu COM dengan COM lainnya . Aku hanya mengamati bagian depannya saja . Di sana cukup nyaman dengan dua kipas besar yang dipasang di atas asbes , berputar begitu cepat .

Setelah sekian lama aku menunggu , sang operator warnet menghampiriku .

" Aku boleh tahu siapa namamu ? "

" Namaku Rian . "

" Anda dipanggil oleh majikan saya . "

Seketika itu juga aku memperbaiki penampilanku , mulai dari ujung rambut sampai ujung kakiku . Aku tak lupa untuk mengecek aroma nafasku , aku tak mau bos besarku terganggu dengan aroma nafasku yang tidak sedap . Setelah aku yakin dengan penampilanku , aku sudah bersiap untuk menghadap sang bos .

Dalam perjalananku menuju kantor bos , aku sempat berbincang - bincang dengan wanita yang bersamaku sekarang . Dia bernama Erni . Wanita dengan poni sedahi ini juga bercerita banyak tentang pekerjaannya di warnet dan keanehan - keanehan yang ada di warnet ini . Namun ada satu hal yang cukup membuatku agak merinding .

" Berhati - hatilah . Aku mulai curiga majikan kita memakai pesugihan ilmu hitam . " tandas Erni .

Tok tok tok

Jari telunjuk dan tengah Erni dilipat ke dalam dan mengetuk ruang pribadi sang bos .

" Siapa di sana ? " sahut sang bos .

" Ini Erni , pak . Saya ke sini bersama dengan .. saudara Rian . " jawab Erni yang agak sedikit lupa dengan namaku , tapi ia bisa mengingatnya kembali .

" Oh Erni ! Bawa masuk laki - laki itu ! " perintah sang bos .

Erni membuka gagang pintu . Aku berjalan di belakang Erni , kami masuk bersamaan .

" Silakan duduk nak Rian ! " Sang bos mempersilahkanku untuk duduk di kursi.

" Jadi apa alasan kamu melamar kerja di sini ? " tanya sang bos sambil menutup laptopnya dan menatapku .

" Saya hanya ingin memenuhi kebutuhan hidup saya sekaligus keluarga saya , pak . " aku mengutarakan secara jujur maksudku melamar kerja di sini . Aku juga tak pernah mengira untuk melamar kerja sebagai operator warnet saja harus ada sesi wawancara .

" OK . Saya terima kamu bekerja di sini . Untuk kamu Erni , saya menerima surat pengunduran diri kamu dan besok kamu akan digantikan oleh Rian . Tapi untuk sekarang ini , coba kamu ajari Rian bagaimana mengoperasikantimebilling dari masing - masing COM . "

" Baik , pak . " jawab Erni singkat .

Pak Tejo - majikanku mempersilahkan kami keluar dari ruang pribadinya . Erni yang sedari tadi hanya berdiri di sampingku beranjak pergi dari sana .

Waktu yang tersisa siang ini kupakai untuk memperhatikan Erni cara mengoperasikan time billing dari masing - masing COM . Ia mengajariku cara mengaktivasi time billing , membuat paket per jam hingga menambah paket . Sepertinya aku tidak terlalu kesulitan untuk memahami apa yang diajarkan oleh Erni , malah aku semakin bersemangat .

Aku tak habis pikir , kenapa Erni yang baru satu minggu berada di sini berniat untuk mengundurkan diri . Menurutku pak Tejo itu orang baik , ia kelihatan ramah dan cara berbicara yang begitu berwibawa . Aku tahu saat aku diwawancarai olehnya . Namun , aku tidak terlalu mau mencampuri apa yang menjadi urusannya , biarlah itu menjadi urusannya sendiri .

Sehari telah berlalu bersama Erni . Kini aku betul - betul siap menjalankan tugasku sebagai operator warnet . Sekarang waktu menunjukkan pukul 21 . 00 . Aku merebahkan diri dan merasakan empuknya kasurku yang sudah disediakan oleh pak Tejo untukku dan untuk Erni juga . Dia berada di kamar sebelah , tak jauh dari kamarku . Usai makan malam bersama dengan pak Tejo dan Erni aku memutuskan untuk ke kamarku . Di sana , aku melepaskan letihku dengan memutar musik di handphoneku menggunakan headset.

Alunan musik yang begitu lambat dan lembut membuatku tak kuasa menahan rasa kantuk luar biasa . Tak pernah aku mengantuk sehebat ini , sekalipun aku pernah bekerja 14 jam dalam sehari di toko handphone tempat aku melamar kerja .

Aku pun tak bisa lagi membuka kelopak matanya sedikit pun dan aku hanyut dalam tidurku .

Aku tersentak mendapati diriku berada di sebuah ruangan begitu remang hingga aku harus memaksimalkan kerja mataku . Sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa dengan suasana ruangan itu . Telingku menangkap sayup suara jeritan , lebih tepatnya suara jeritan wanita . Aku merasa kurang yakin dengan suara yang kudengar , coba menajamkan pendengaranku dan melangkah mengikuti sumber suara itu .

Tolooong !

Suara itu makin jelas terdengar . Sekarang aku yakin itu benar - benar suara wanita , namun jeritan itu begitu lirih dan menyayat hati . Siapapun pemilik suara itu , pasti ia dalam kondisi terdesak , amat membutuhkan pertolongan . Aku harus cepat menemukannya .

Kondisi jalan yang sangat remang dan diselimuti hawa - hawa angker , tak menyurutkan niatku untuk menemukan pemilik suara itu . Aku makin mempercepat langkah kaki hingga aku melihat sesuatu di hadapanku .

" TOLOONGG ! "

Sesosok makhluk berbadan bongsor berambut gimbal , matanya sebesar bola pingpong merah menyala .Kulit hitamnya ditumbuhi rambut - rambut kasar dan lebat tengah menatapku penuh amarah . Aku tak bisa menggerakkan badanku bahkan mataku terus terbeliak memandangi makhluk mengerikan itu .

Namun arah pandanganku tertuju pada sesuatu yang digenggam oleh makhluk itu dan itu adalah - Erni .  Di sana Erni terlihat begitu pasrah , ia hanya diam membisu membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya . Pelupuk matanya sembab dan basah oleh air mata , tak bisa lagi ia kira berapa kali ia menangis , mengiba , memohon agar dirinya dilepaskan , tapi semuanya sia - sia . Makhluk itu makin menguatkan genggamannya pada kedua tungkai kakinya sambil menyunggingkan seringai lebar yang menakutkan .

Uhahahahaha .. hahahahahhaha !

Tawa makhluk itu menggelegar bak gemuruh memecah kesunyian alam semesta . Ia menertawai ketidakberdayaanku yang tak mampu menolong gadis malang tersebut . Tak sadar , aku menitikkan air mata sambil merutuki diriku sendiri yang tak bisa berbuat apa - apa .

Makhluk itu membuka lebar - lebar mulutnya . aku gentar sekaligus takjub melihat deretan gigi geligi yang tajam dan membaui aroma nafasnya yang tidak sedap . Sebenarnya aku  ingin sekali muntah namun mulutku masih mengatup erat , aku hanya menahan rasa mual yang semakin menjadi - jadi di dalam perutku .

Ia melepaskan genggamannya dan membiarkan Erni jatuh ke dalam lubang kegelapan tak berujung itu .

TIIIDDDAAAKK !!!

Detak jantung berdebuk begitu kencang , tarikan nafas memburu cepat . Mataku membeliak seraya bangkit dari tidur .

ERNI !

Diliriknya jam dinding yang berada di sebelah kirinya - 02 .00 . Aku merasa setiap kejadian yang terjadi dalam mimpiku - sosok makhluk itu dan Erni - semuanya begitu tampak nyata . Memikirnya saja sudah membuatku merinding setengah mati . Tak karuan . Tapi aku berusaha untuk tenang . Kutarik nafas pelan - pelan lalu hembuskan perlahan . Kini , aku sudah sedikit lebih tenang . Sebelum aku tidur , aku berdoa terlebih dahulu agar mimpi yang terjadi tadi tidak terulang . Meskipun begitu , masih ada terselip kekhawatiran tentang keadaan Erni , aku harap dia baik - baik saja .

Malam sudah terlewati . Pancaran sinar mentari sudah menembus ventilasi kamarku . Aku yang menyadari kamar semakin panas , beranjak dari kasur menuju kamar mandi . Bayangan mimpi buruk semalam sudah mulai terlupakan . Aku mulai melangkahkan kaki menuju kamar mandi yang berjarak 10 meter dari kamarku .

Aku sudah berada di luar kamar . Mataku teralih perhatiannya pada kamar Erni . Yang membuatnya semakin aneh , kamarnya sudah digembok . Apakah dia sudah pergi ? . Padahal ini masih jam setengah tujuh - cepat sekali dia pergi . Aku termangu di depan pintu kamar Erni dan menempelkan daun telingaku di pintu itu . Aku tak mendengar setitik suara pun di dalam . Yang kudengar hanya suara detak jantungku yang berdetak pelan .

" Erni sudah pergi dari jam enam tadi . Rian , persiapkan dirimu . Ini pertama kalinya kamu menjadi operator warnet di sini . " ujar pak Tejo berlalu menuju tangga lantai 3 .

Suara pak Tejo benar - benar mengagetkanku . Aku tak menyangka dia bisa berada di sana . Dugaanku memang tepat . Erni sudah pergi dan kelihatannya mimpi yang terjadi di malam itu hanya sekedar bunga tidur .

Usai mandi dan sarapan pagi , aku langsung turun dari tangga menuju meja operator . Kusambar kursi plastik yang tergeletak di depan monitor . Kutekan tombol ON pada prosesor dan kubiarkan sesaat . Setelah layar monitor menyala , aku mulai memeriksa satu per satu billing yang terdapat pada setiap komputer di sana .

Setelah kuperiksa semuanya berfungsi . Sepertinya Erni betul - betul memperhatikan kondisi warnet ini . Pikiranku tertuju pada Erin . Sambil menatap monitor , aku masih saja memikirkan Erin . Walaupun pak Tejo sudah mengatakan bahwa Erin sudah pergi , aku merasa tidak yakin dengan pernyataan pak Tejo .

Jam demi jam sudah berlalu . Beberapa anak sekolah sudah menampakkan diri mereka ke warnet ini .

" Bang , COM 12 ya . Paket 2 jam . " ujar anak laki - laki berpakaian putih biru .

Aku mengangguk pelan sembari anak laki - laki itu pergi menuju COM 12 . Padahal masih pukul setengah dua belas tapi ada anak sekolah yang mendatangi warnet ini . Bisa - bisanya cabut pada jam pelajaran . Aku ingin sekali menegur laki - laki berpakaian putih biru tersebut namun enggan .

Aku teringat di mana aku pernah membuat ibu menangis lantaran aku pernah tertangkap basah ketahuan membolos di saat jam pelajaran . Melihat air mata ibuku yang menangis melihat tingkah lakuku , aku langsung sadar diri . Aku sudah bertekad bahwa aku takkan pernah mengulangi kejadian serupa - aku berjanji .

Menjelang pukul 13 . 00 , anak - anak SMP berduyun - duyun mendatangi warnet . Mereka melihat - lihat COM yang masih kosong dan berjalan pelan memasuki bilik warnet sambil memilih paket yang mereka inginkan . Kini semua COM di warnet ini sudah penuh , tak ada lagi yang tersisa . Jika mereka ingin bermain , mereka harus menunggu lebih lama , karena mereka rata - rata bermain sampai dua jam .

Dugaanku tepat . Seorang laki - laki berkaus oblong berwarna hitam dengan celana pendek jeans menghampiriku .

" Bang ada COM yang masih kosong ? " tanya lelaki itu .

" Maaf bang . Sudah penuh . " jawabku padanya .

Lelaki itu melangkah tak juah dari meja operator , kepalanya mendongak ke kanan dan ke kiri mengamati setiap COM di sana .

" Abang bilang sudah penuh ?. Tapi yang ada di sudut sana kosong kok . " tukas lelaki itu sambil menunjuk bilik tersebut .

Aku tersentak kaget oleh pernyataannya . Bagaimana bisa ?! . Padahal COM itu sudah ditempati oleh seorang anak laki - laki yang sudah berada pukul sebelas setengah dua belas tadi dan ia menghilang . Aku masih membeku menatap mata lelaki itu seakan tidak percaya . Ya aku memang tidak percaya . Langsung saja aku beranjak dari tempatku menuju COM tersebut .

Aku sudah tiba di COM tersebut dan benar saja , anak laki - laki itu tidak berada di sana . Bilik tersebut kosong dan billingnya masih tersisa setengah jam lagi . Bulu kudukku meremang melihat keanehan ini . Aku bangkit berdiri dan mataku mengamati semua pelanggan di warnet ini , semuanya pandangan tertuju pada layar monitor meskipun ada satu orang yang hanya sekadar melihatku dan mengembalikan konsentrasinya pada apa yang terpampang di layar kaca.

Aku masih belum memikirkan hal - hal yang berbau mistik . Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi khusus pelanggan warnet . Lagi - lagi , aku merinding . Aku merasa seperti dibuntuti oleh sosok lain . Aku sudah tiba di sana . Suasana yang lembab dan agak gelap itu , membuatku harus menekan saklar lampu yang terletak di samping dinding kamar mandi .

Tek

Pendaran sinar dari lampu pijar 5 watt itu sedikit menerangi dan memperlihatkan apa yang ada di dalamnya - kosong . Yang ada hanya sebuah bak kecil berukuran 1 x 1 meter , sebuah gayung kecil hijau dan sebuh kloset duduk , anak lelaki itu betul - betul tak ada di sana .

Ini sungguh membingungkan sekaligus membuatku bergidik ngeri . Aku langsung angkat kaki menuju meja operator . Aku langsung menonaktifkan billing-nya dan memanggil lelaki yang dari tadi berdiri menungguku kembali dari kamar mandi .

" Bang , paket berapa jam ? " tanyaku sambil memegang mouse dengan tangan gemetar .

" 3 jam ya bang . " jawabnya lugas .

Lelaki itu memasuki bilik begitu aku sudah mengaktifkan billing . Sekilas dia bisa melihatku dengan wajah agak pucat dan tanganku gemetar mengeluarkan bulir - bulir peluh . Tapi ia tidak terlalu memikirkannya dan aku masih berusaha untuk melupakan kejadian barusan dan beranggapan mungkin saja anak laki - laki itu sudah pergi tanpa aku ketahui karena aku juga fokus dengan game online yang sedang kumainkan .

Hampir satu bulan di sana , aku yakin dari gajiku dan tip tambahan yang diberikan pak Tejo setiap kali aku berjaga , aku pasti bisa mengirimkan sedikit uang untuk orang tuaku di kampung sana . Di tengah kesibukanku sebagai operator warnet , aku masih bisa menyempatkan diri menelepon kedua orang tuaku . Hatiku lega mendengar kabar bahwa keadaan mereka berdua baik - baik saja begitupula dengan kedua adikku . Aku selalu menasihati kedua adikku agar mereka belajar dengan giat dan selalu berbakti pada ayah dan ibu .

Malam ini begitu senyap . Ya , sudah menjadi aturan bahwa warnet tutup pada pukul sebelas malam . Jam dinding sudah menunjukkan jam sebelas dan tangan kananku sudah bersiap memegang sapu ijuk dan sebuah kemoceng . Ada yang beda dengan hawa di warnet ini  Padahal tidak turun hujan , tapi udara di sekitarnya begitu dingin . Dinginnya sampai - sampai membuat tulangku menggigil . Aku harus menggosok - gosokkan kedua tanganku , menciptakan rasa hangat yang cuma bisa bertahan sesaat .

Tangan kiriku masih sibuk bergerak sana - sini menjamah setiap perangkat yang terpasang di sana . Kini aku masih membersihkan papan keyboard . Tak lupa juga , meja tempat PC itu berdiri , juga tak luput dari penglihatanku . Ada saja orang yang mengotori meja dengan abu rokok padahal aku sudah meletakkan satu asbak pada masing - masing COM . Aku hanya bisa menggeleng pelan sambil meraih sapu yang bersandar di sampingku .

Saat aku menyapu sisa - sisa smpah dan putung rokok yang sudah kukumpul dahulu dari COM 1 , sayup - sayup telingaku mendengar sebuah suara . Awalnya pelan , namun semakin kutajamkan pendengeranku , suara itu makin keras . Suara itu betul - betul berasal dari COM 6 .

Tap tep tap tep

Aku menduga itu seperti suara jemari seseorang sedang mengetik huruf - huruf di tuts keyboard . Mendadak detak jantungku berdegup kencang . Bagaimana mungkin ada orang di sana ? Bukankah pada jam setengah sebelas tadi warnet sudah betul - betul kosong ? . Pikiranku terbawa oleh dugaan - dugaan bahwa PC di COM 6 sedang dipakai oleh makhluk halus .

Sempat aku mengabaikan suara itu , namun semakin kuabaikan suara jemari itu semakin intens beradu dengan tuts - tuts keyboard . Bulu romaku meremang . Tubuhku tegang . Aku mulai tak tahan dengan semua keanehan ini . Kukumpulkan keberanianku untuk melihat siapa yang berada di dalam . Kuletakkan sapu ijukku bersandar di dinding bilik . Kulangkahkan kakiku pelan - pelan karena aku sendiri sudah ketakutan setengah mati .

Derap kaki seiring dengan suasana wanet yang semakin mencekam begitu akan memasuki pukul 11 . 30 . Mulai dari COM 1 sampai 5 , aku tidak menemukan keanehan apapun . Kosong . Kini , aku sudah menjejakkan kaki di samping dinding bilik COM 6 .

Aku sempat terdiam beberapa detik menyiapkan mental jika ada sesuatu yang makhluk tak kasat mata muncul di hadapanku . Rasa ketakutan masih menguasai hati . Kukumpulkan setitik keberanian dan nyali memasuki bilik . Aku memang tidak bisa mengontrol rasa takutku , sampai - sampai aku harus menutup kedua mataku . Begitu aku sudah berada di depan bilik , perlahan tapi pasti , aku mulai membuka kelopak mataku dan menjumpai - tidak ada apapun di sana .

Ternyata , tidak sesuai dengan apa yang kupikirkan . Bagian dalam bilik benar - benar kosong . Tidak ada seseorang pun yang mengetik tuts keybord . Komputer mati . Semua dalam kondisi mati total .

Namun , itu semua tak berlangsung lama . Di depan COM 7 , tepatnya di COM 14, terdengar lagi suara jemari seseorang tengah mengetik . Kali ini , suara jemarinya kuat menekan tuts keyboard , sehingga menimbulkan bunyi ' klatak klatak ' . Begitu suara itu muncul lagi , aku langsung berdiri dan menegakkan badan usai memeriksa PC ini .

Kujaga terus derap langkah kakiku agar tak menimbulkan suara berisik yang mengganggu tidur malam pak Tejo di lantai 3 . Aku semakin dekat dan akhirnya tiba di depan dinding bilik . Kumelihat seseorang tengah mengetik dengan posisi kepala menunduk ditutupi oleh rambut panjang acak - acakan . Aku terlonjak kaget begitu ia mendongakkan kepalanya .

Aku diam seribu bahasa . Dia perempuan dengan separuh wajah hancur setengah seperti tergesek oleh aspal jalanan , memperlihatkan tulang tengkorak dan bola mata yang tak utuh lagi . Wajahnya sebelah lagi mengeluarkan nanah bercampur darah yang mengalir dari bola matanya . Makhluk mengerikan itu melemparkan senyuman getir ke arahku . Aku melihat giginya rontok hanya menyisakan gusi yang telah tertutup oleh darah .

" Ba-ba-ngg ...             Ko ko - kom-puter 12 . "

Begitu dia berbicara , tanpa banyak kata , aku mundur dari sana , pontang - panting menuju lantai dua , kamarku . Sangking takutnya , aku bisa langsung melompati anak tangga yang berjarak 4 langkah .

Pancaran sinar matahari menyorot ke arah wajahku . Baru aku sadar hari sudah pagi . Aku beringsut dari tempat tidurku tapi hatiku merasa sangat was - was . Bayangan penampakan perempuan itu masih membekas di benakku . Terlebih bunyi kertakan tulang tangannya yang membuat telingaku berdenging .

Dengan banyaknya keanehan - keanehan yang terjadi di warnet tempat aku bekerja , semakin menguatkan dugaanku bahwa yang dikatakan oleh Erni itu memang benar . Siapapun takkan bertahan lama bekerja di sana dengan bayaran semahal apapun , jika tempatnya mencari rezeki itu dihuni oleh makhluk - makhluk gaib .

Menjelang dua bulan , aku masih tetap bertahan untuk bekerja di warnet ini . Aku harus bersentuhan dengan dunia astral yang membuat bulu kudukku berdiri . Timbul dalam hati untuk pindah dari sini , tapi urungkan sementara karena uang yang kukumpulkan belum mencukupi sekaligus mengungkap misteri yang terkandung di dalamnya .

Seperti biasanya , wanet ini selalu ramai oleh para pengunjung yang mayoritas didatangi oleh anak - anak sekolah . Juga , yang membuatku betah di sini adalah pak Tejo selalu memberiku uang tip jika warnet penuh oleh pengunjung dan perlu kau tahu jumlah uang tip yang diberikan pak Tejo tidaklah sedikit , pernah berkisar sampai 350 ribu .

Mataku masih terpusat di layar kaca di mana aku sedang memainkan game online yang kugemari . Namun sebuah suara yang agak berat , membuyarkan konsentrasiku , terpaksa aku mengalihkan perhatianku padanya .

" Ada apa bang ? " kataku sambil mengangkat sedikit alis mata .

" E-er .. COM 12 ya bang . Paket 2 jam . " balasnya singkat . Ia berlalu dari hadapanku menuju COM 12 .

Usai ia beranjak dari sini , aku langsung menghidupkan billing-nya . Ia melepaskan sendalnya dan masuk ke dalam bilik . Melihat laki - laki itu sudah berada di dalam , aku kembali memberikan perhatianku pada game online yang sempat kunonaktifkan .

Ternyata waktu sangat cepat beralih . Hampir 2 jam sudah berlalu . Mataku sudah memerah dan gatal berlama - lama menatap layar kaca . Kugosok pelan - pelan untuk menghilangkan rasa gatal dan merah agar tidak terlalu mengganggu . Merasa mataku sudah lebih baik , aku kembali lagi memfokuskan konsentrasi ku di sana sambil melihat time billing yang tersisa di COM tersebut - tinggal 10 menit lagi .

Aku merasa angin bertiup lebih lembut dan agak dingin kali ini . Tapi seingatku , bulan ini bukanlah musim penghujan , melainkan musim kemarau yang membawa angin panas . Aku hanya bisa menahan rasa dingin itu dengan menggedikan bahu sambil menggosok pelan leherku .

Hawa ruangan menurun drastis . Suasana wanet yang begitu ramai berubah total menjadi , tak ada satupun manusia -- sepi layaknya kuburan . Aku berusaha untuk tidak panik dan mengucapkan doa - doa agar segala bahaya tidak membuatku goyah . Ekor mataku menangkap sesosok bayangan  perempuan tengah berdiri di COM 12 , melototiku dengan pandangan penuh emosi dan kebencian di mata kirinya .

Lagi , aku mengedipkan mata sekali dan semua sudah kembali seperti semula.Sosok perempuan itu tak lagi berdiri di sana . Dalam hati , aku terus bersyukur apa yang kulihat tadi hanya halusinasi belaka , mungkin penyebabnya adalah aku terlalu larut tidur malam .

Aku kembali memperhatikan layar komputerku . Time billing yang terpasang di komputer yang disewa oleh laki - laki bertopi hitam itu sudah habis , namun ia tak kunjung keluar dari bilik tersebut . Tak lama kemudian , seorang pengunjung datang dan menanyakan COM mana yang sudah kosong . Kembali aku melirik ke COM 14 . Aku mulai bosan menunggu lelaki itu yang tak juga keluar , langsung mendatanginya dan menyuruhnya untuk keluar dari bilik tersebut .

Aku mendapati lelaki itu sedang tidur dengan wajah tertunduk mencium papan keyboard . Dengan inisiatifku sendiri , aku berusaha mengguncang - guncang badannya dan tak sengaja  badannya terdorong ke belakang .

Aku terlonjak kaget melihat keadaannya yang mengenaskan . Aku panik , lantas memanggil orang - orang yang kebetulan sedang melintas di depan wanet . Kulihat bosku sudah turun dari lantai 3 . Pasti ia juga bertanya - tanya , kegaduhan apa yang sedang terjadi di warnetnya .

" Apa yang terjadi , Rian ? Kenapa banyak sekali orang - orang berkumpul ? " Pak Tejo mengernyitkan alisnya menandakan ia heran .

" A..a..ada orang meninggal pak , di COM 14 . " Aku gugup mengatakan kejadian seperti ini pak Tejo .

" Apa ?! Kalau begitu , kamu pergi ke garasi keluarkan mobil saya . Biarkan saya membawanya . " ucap Pak Tejo lugas sambil memberikan kunci mobilnya padaku .

Aku cepat - cepat menuju garasi untuk mengeluarkan mobilnya . Setelah 5 menit aku dari garasi , aku mengendarai mobil itu dan memarkirkannya di depan teras warnet . Pak Tejo menyuruh beberapa orang yang ada di sana untuk menjingjing mayat itu ke dalam mobilnya dan ikut bersamanya ke rumah sakit .

Sebelum ia pergi beliau berpesan padaku agar menutup warnet lebih cepat . Aku juga berpendapat sama dengan pak Tejo . Ia pasti melakukan hal ini menunggu sampai suasana kembali kondusif .

Sejak kejadian tadi , aku mulai merasa tak tenang . Aku merasa banyak sekali keanehan yang menyelimuti warnet ini . Mulai dari kepergian Erni yang misterius sampai kematian tak wajar yang dialami oleh seorang pengunjung warnet . Semua rentetan kejadian yang pernah kualami kini menggerayangi pikiranku . Memang benar kata Erni , ada sesuatu yang disembunyikan oleh bosku yaitu Pak Tejo . Inilah waktunya untuk mengungkap misteri yang selama ini ditutup - tutupi oleh pak Tejo .

Perutku bergemuruh menandakan bahwa mereka sudah butuh asupan makanan . Bola mataku berpaling ke arah jam dinding yang berada di hadapanku - 17 . 30 , tak terasa waktu semakin cepat berputar . Sambil mengelus lembut perutku yang lapar , aku beranjak pergi dari kamar menuruni lantai dua menuju pintu luar . Akan tetapi , pikiranku tertuju pada lantai 3 , ruangan pribadi pak Tejo . Aku hanya cuma sekali aku melihat ruangan itu . Tak ada yang terlalu mencolok di ruang itu hanya ada sebuah meja kerja dengan laptop di atasnya dan sebuah ranjang yang tak terlalu besar ukurannya . Entah kenapa , aku sangat penasaran sekali dengan ruangan itu .

Aku mengunci pintu dari luar dan memakai sendal jepitku . Kumulai melangkah ,  mencari warung makan yang menjual nasi goreng . Setelah aku berjalan 200 meter dari rumahku , aku menemukan sebuah warung makan . Tempatnya sederhana . Dindingnya berlapiskan anyaman bambu yang dibuat seperti sekat dan beberapa bangku dan meja kayu yang disusun berjajar rapi menimbulkan kesan bahwa sang pemilik memperhatikan kerapian . Aku mengambil tempat duduk di belakang seorang ibu yang tengah memotong - motong sayuran .

" Bu , saya pesan nasi goreng satu porsi . "

" Dibungkus atau makan di sini ? "

" Makan di sini saja , bu . " ujarku pelan .

Si ibu mengangguk pelan begitu mendengar jawabanku . Aku sudah melihatnya menaruh wajan di atas kompor gasnya sambil memutar kenop gas ke kiri . Sambil menunggu nasi gorengku siap , aku iseng - iseng bertanya soal berapa lama ia menggeluti pekerjaannya sebagai tukang masak .

" Bu ? " sapaku lembut .

" Ada apa , nak ? " balasnya .

" Kalau boleh tahu , sudah berapa lama ibu bekerja sebagai tukang masak di sini ? "

" Sekitar 3 tahun . "

" Sudah lumayan lama ya , bu . " ucapku setengah kuat sambil berbalik badan menghadap arah sang ibu .

" Ya begitulah . Kalau tidak salah , kamu ini kan tukang jaga warnet yang berada di sana kan ? " Sang ibu mendongakkan kepalanya ke kanan . Bunyi dentingan sudip beradu di dalam wajan tak kalah mengimbangi percakapan kami .

Aku mengangguk , ia benar dengan apa yang dikatakannya . " Kamu apa tidak merasa takut bekerja di sana ? " lanjut sang ibu .

" Tidak , bu . Memangnya ada apa di sana ? "

" Kamu tahu nak , warnet tempat kamu bekerja itu dulunya dalah sebuah ruko . Ruko yang dulunya adalah milik seorang pengusaha elektronik . Semua warga di sini kenal dekat dengan sang pengusaha karena ia sering memberikan bantuan kepada warga yang kurang mampu . Warung makan ini adalah salah satu bukti dermawannya sang pengusaha itu . "

Aku takjub mendengar pengakuan ibu tersebut . Aku tak menyangka masih ada orang kaya yang mau berbagi dengan orang - orang yang taraf hidupnya berada di bawahnya . Namun , aku agak penasaran , apanya yang mesti ditakutkan dari ruko tersebut .

" Namun itu semua tak berlangsung lama . Sang pengusaha mengalami kerugian besar  akibat barang - barang yang s'lama ini masuk ke tokonya adalah barang - barang ilegal . Hampir saja , ia terjerat kasus penyeludupan barang ilegal oleh pihak kepolisian . Untuk membayar semua kerugian yang diterimanya , dia menjual semua aset yang dimilikinya termasuk ruko itu . Ditambah lagi dengan kematian anak tunggalnya dalam sebuah kecelakaan , membuatnya semakin tertekan dan depresi .

Sebuah nasi goreng yang berada di atas sebuah piring itu sudah tersaji di hadapanku . Meskipun rasa lapar sudah menjejali perutku , tetapi aku masih tertarik dengan cerita ibu penjual nasi goreng tersebut . Aku sama sekali tidak menyangka jika ruko yang sekarang beralih fungsi menjadi warnet itu punya sejarahnya tersendiri .

" Tidak ada yang tahu keberadaan sang pengusaha itu sampai sekarang . Hampir 3 tahun berlalu , rumah itu tidak pernah laku dijual , namun seorang laki - laki membeli dan mengubah ruko yang kosong itu menjadi sebuah warnet . Namun keanehan itu terjadi setelah ruko itu laku terjual . Berbagai penampakan sering terjadi di ruko itu , mulai suara tangis kuntilanak , pocong yang sering berdiri di depan pintu ruko dan sosok anak kecil yang sering berlari - lari di sekitar area ruko . Dan itu sering terjadi pada malam hari menjelang pukul 9 malam . " pungkas ibu tersebut sambil mengelap meja tempatku memakan nasi goreng tersebut .

Aku makin intens mengunyah nasi yang berada di dalam mulutku . Cerita yang benar - benar membuat siapapun bergedik ngeri termasuk aku . Sekarang , gumpalan nasi bercampur air liur itu benar - benar sulit untuk ditelan , entah mengapa . Cerita ibu ini kian menguatkan dugaanku bahwa ada sesuatu yang tak beres di ruko itu dan aku harus segera memecahkannya .

Tak terasa , nasi goreng yang berada di piringku sudah mulai habis . Aku menyendok sesuap nasi yang terakhir dan kumasukkan ke dalam mulutku . Aku mengambil gelas kaca yang sudah tersedia di sampingku sambil menuangkan air dalam teko itu ke dalam gelasku . Rasa haus dan lapar sudah sirna saat itu juga . Aku ingat , aku harus kembali ke warnet siapa tahu pak Tejo sudah tiba di rumah dan dia sudah menungguku lama karena kunci ruko ada padaku .

Aku berjalan menuju ibu tersebut dan memberikan uang nasi gorengku dan buru - buru menjauh dari sana menuju ruko . Kupandangi sejenak jam tangan yang melingkar di tanganku - jam 19 . 00 . Rupanya aku sudah lama berada di warung ini sambil mendengarkan cerita ibu tersebut dan aku harus mempercepat langkah kakiku untuk sampai ke ruko .

15 menit berjalan begitu cepat . Nafasku terengah - engah . Tetesan peluh meluncur pelan - pelan membasahi wajahku . Akhirnya , aku sudah tiba di depan pintu luar ruko . Namun , aku tak menjumpai mobil pak Tejo terparkir di depan . Ternyata beliau belum pulang dari rumah sakit .

Aku merogoh sakuku untuk mengambil kunci ruko yang tersimpan di sana . Kukeluarkan lalu kumasukkan kunci itu ke dalam lubangnya dan terbuka . Kini , aku benar - benar merasakan sunyinya warnet di kala tak ada satupun orang yang mengunjunginya . Kuletakkan sendalku begitu saja dan berjalan perlahan - lahan . Aku tak begitu yakin warnet ini sunyi . Aku merasa ada puluhan bola mata tengah mengawasiku ketika aku melewati bilik - bilik tersebut . Bola mata yang berpindah - pindah dari satu bilik ke bilik lainnya . Kupasang sikap siaga dan was - was , berbagai kemungkinan bisa saja terjadi , termasuk munculnya makhluk - makhluk tak kasat mata di hadapanku .

" Ini kesempatanku . " ujarku dalam batin .

Selagi pak Tejo pergi , aku akan memanfaatkan situasi ini untuk menyelidiki ruang pribadi Pak Tejo . Aku akan membongkar semua misteri yang menyelimuti ruko ini termasuk hilangnya Erni secara misterius .

Dari lantai satu aku sudah sampai di lantai tiga dan aku melihat ruangannya digembok . Benar - benar bos yang sangat memperhatikan keamanan . Tapi aku tak habis akal . Aku pergi ke kamarku untuk mengambil seutas kawat untuk membobol gembok jika kita tak mempunyai kuncinya . Setelah aku mengambil kawat itu dari kamarku , aku kembali lagi menuju ruangan pribadi pak Tejo . Aku membentuk kawat itu sesuai dengan bentuk lubang kuncinya , tapi lebih tepatnya seperti pengait dan kucoba - akhirnya terbuka . Setelah bersusah payah , gembok itu sudah terbuka .

Kubuang gembok itu dan menarik gagang pintu itu dan tubuhku memasuki ruangan itu . Ruangan itu cukup luas difasilitasi dengan 2 kursi beroda dan AC yang membuat udara di ruangan itu semakin sejuk . Aku mulai merogoh meja pak Tejo sambil membuka isi lemari kecil di bawah meja itu . Setelah kubuka - buka , aku tak menemukan sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk , hanya file - file yang menurutku tidak terlalu penting . Di tengah keletihan, pandanganku tertumbuk pada sebuah engsel di dinding kuning tersebut .

Aku memalingkan perhatianku pada engsel itu , menjauhi laci kecil itu . Aku mendekat dan sudah berada di depan engsel tersebut . Aku memundurkan engsel tersebut dan aku terkesima bahwa ada ruang rahasia dalam ruangan pribadi pak Tejo . Aku tak melihat pintu itu karena warna dinding dan pintunya hampir sama . Aku menarik gagang pintu dan langsung memasukinya .

Lagi - lagi aku terkesima , ternyata pencahayaan di ruangan itu kurang . Hanya diterangi oleh bola lampu kecil 5 watt yang menyala begitu redup . Tak sampai di situ saja , aku mendapati sebuah dupa menyerbakkan aroma kemenyan yang dibakar oleh arang . Ada juga beberapa sesajen seperti kembang tujuh rupa , minyak kemenyan dan sebuah guci yang menampung sebuah cairan . Aku tertegun dan mengamati sejenak guci tersebut . Kemudian , mencelupkan telunjukku ke dalamnya .

" Bau darah ! "

Aku memekik kecil ketika mengetahui bahwa cairan kental itu adalah darah . Darah yang hitam pekat berbau amis busuk membuatku hampir mual . Instingku terus bersuara agar aku keluar dari ruangan ini tapi aku tak ingin keluar begitu saja tanpa mengorek petunjuk lebih jauh . Kian lama aku di sana , keangkeran ruangan ini makin meningkat . Ini semakin kuat dengan suasana ruangan yang begitu remang , mungkin gelap . Sekonyong - konyong , debaran jantungku smakin keras . Aku merasakan jantungku ingin meloncat keluar dari dadaku .

Tak jauh dari sesajen itu , aku menyadari 3 lembar foto yang ditelungkupkan terbalik . Jemariku bergetar hebat saat menggamit foto - foto itu . Kedua bola mataku membeliak hebat , aku mengeleng - gelengkan kepalaku sebagai bukti atas apa yang kulihat .

Foto dua orang wanita dan seorang laki - laki tercetak jelas . Aku tidak mengenali salah satu wanita yang ada di sana tapi salah satu wajah perempuan yang berada dalam foto itu seperti tidak asing lagi dalam ingatanku . Oh astaga , aku ingat dia - Erni !

Air mataku mengucur deras membasahi wajah mulusku . Kini aku percaya apa yang dikatakan Erni tentang kecurigaannya terhadap majikannya yang melakukan pesugihan . Tragedi ini belum berakhir saat aku melihat wajah laki - laki dalam foto itu . Aku menganga lebar , tak bisa mengatupkan mulutku - itu fotoku !

" Berani - beraninya kamu mengacak - acak ruangan pribadi saya ! " senggak pak Tejo dari belakangku .

" Ka..ka..kapan ba..ba..pak be..be..rada di sini ? " lidahku tak lagi lancar berkata - kata . Kegugupan sudah melanda diriku , membuatku tak bisa mengontrol diri .

Aku membalikkan badanku ke belakang dan melihat pak Tejo sudah berdiri di sana . Tak ada raut wajah baik dan keramahan yang biasanya ia tunjukkan padaku , hanya tersisa pandangan dingin tertutupi kabut dendam dan nafsu ingin membunuh . Aku juga aku tak menyadari bahwa pak Tejo sudah berada di rumah tanpa kuketahui dan yang membuatku tambah bingung , darimana ia bisa membuka pintu ruko sedangkan kuncinya berada padaku .

" Kamu belum begitu pintar untuk mengelabui saya , Rian . Kamu pikir saya bodoh apa memberikan kunci ruko tanpa punya duplikatnya , heh ?! " ia meledekku sambil melemparkan senyum lirihnya melihat kebodohanku .

" Ternyata mau disembunyikan sedalam apapun , rahasia tetap akan terbongkar . Ya mau bagaimana lagi , berarti rahasia ini akan kuceritakan padamu . " tandas pak Tejo , ia mengeluarkan sekotak rokok dan mengambilnya sebatang lalu dibakar .

" Ya memang betul aku melakukan pesugihan . Selama 3 bulan terakhir , aku sudah menumbalkan 3 orang untuk menambah kekayaanku , Rian . Tumbal pertama namanya Alin . Dia adalah operator warnet yang bekerja di sini sebelum Erin . Yang kedua .. laki - laki yang meninggal di COM 14 . Kau tahu , makhluk hitam itu ingin meminta tumbal seorang laki - laki dan pilihannya jatuh pada COM 14 . Aku harus menuruti kehendaknya jika tidak dia akan melenyapkan semua hartaku . Dan Erni .. aku yakin kau pun mengetahuinya . " pak Tejo mengisap rokoknya sambil menghembuskan asapnya ke wajahku .

Aku sudah tak tahan lagi mendengar perkataannya . Kupingku panas . Darahku serasa mendidih dan meletup - letup . Aku sudah mengepalkan kedua tanganku , rasanya aku ingin memberikan bogem mentahku ke wajahnya , namun anehnya aku tak bisa menggerakkan tubuhku . Kaku , ada sesuatu yang tak kasat mata mengunci tubuhku .

" JAHANAM ! Kau tega mengorbankan semua orang di sekitarmu demi memuaskan kepentinganmu ! " kata - kata itu keluar begitu saja dari mulutku . Makian itu saja yang bisa mewakili kemarahanku

" Jahanam katamu ? Dengar ya , aku sudah bosan bertahun - tahun hidup dalam kemiskinan . Aku selalu iri jika melihat orang - orang sukses dengan harta dan kekayaan yang melimpah . Istri dan anakku pergi meninggalkanku karena aku tak punya apa - apa . Aku datang ke dukun dan meminta pesugihan agar aku lepas dari kubang kemiskinan . Dan sekarang kau lihat , aku kaya , aku punya segala yang kumau . Hahaha ! "

Gelegar tawa pak Tejo membuat nyaliku ciut . Aku hanya bisa menggeleng pelan , air mataku tek henti berderai membasahi pipi .

" Sekarang bulan purnama , sudah waktunya makhluk itu menikmati tumbalnya yang keempat . Selamat tinggal Rian . "

Pak Tejo menjentikkan jarinya dan makhluk itu sudah berada di hadapannya . Makhluk hitam raksasa menatap garang ke arahku . Aku diam mematung , tak bisa melakukan apa - apa . Aku sadar di sinilah akhir hidupku . Aku juga akan menemui Erni di alam baka .

Pandanganku menghitam dan gelap .

The End

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun