Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Warnet

4 Mei 2015   17:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:23 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki itu memasuki bilik begitu aku sudah mengaktifkan billing . Sekilas dia bisa melihatku dengan wajah agak pucat dan tanganku gemetar mengeluarkan bulir - bulir peluh . Tapi ia tidak terlalu memikirkannya dan aku masih berusaha untuk melupakan kejadian barusan dan beranggapan mungkin saja anak laki - laki itu sudah pergi tanpa aku ketahui karena aku juga fokus dengan game online yang sedang kumainkan .

Hampir satu bulan di sana , aku yakin dari gajiku dan tip tambahan yang diberikan pak Tejo setiap kali aku berjaga , aku pasti bisa mengirimkan sedikit uang untuk orang tuaku di kampung sana . Di tengah kesibukanku sebagai operator warnet , aku masih bisa menyempatkan diri menelepon kedua orang tuaku . Hatiku lega mendengar kabar bahwa keadaan mereka berdua baik - baik saja begitupula dengan kedua adikku . Aku selalu menasihati kedua adikku agar mereka belajar dengan giat dan selalu berbakti pada ayah dan ibu .

Malam ini begitu senyap . Ya , sudah menjadi aturan bahwa warnet tutup pada pukul sebelas malam . Jam dinding sudah menunjukkan jam sebelas dan tangan kananku sudah bersiap memegang sapu ijuk dan sebuah kemoceng . Ada yang beda dengan hawa di warnet ini  Padahal tidak turun hujan , tapi udara di sekitarnya begitu dingin . Dinginnya sampai - sampai membuat tulangku menggigil . Aku harus menggosok - gosokkan kedua tanganku , menciptakan rasa hangat yang cuma bisa bertahan sesaat .

Tangan kiriku masih sibuk bergerak sana - sini menjamah setiap perangkat yang terpasang di sana . Kini aku masih membersihkan papan keyboard . Tak lupa juga , meja tempat PC itu berdiri , juga tak luput dari penglihatanku . Ada saja orang yang mengotori meja dengan abu rokok padahal aku sudah meletakkan satu asbak pada masing - masing COM . Aku hanya bisa menggeleng pelan sambil meraih sapu yang bersandar di sampingku .

Saat aku menyapu sisa - sisa smpah dan putung rokok yang sudah kukumpul dahulu dari COM 1 , sayup - sayup telingaku mendengar sebuah suara . Awalnya pelan , namun semakin kutajamkan pendengeranku , suara itu makin keras . Suara itu betul - betul berasal dari COM 6 .

Tap tep tap tep

Aku menduga itu seperti suara jemari seseorang sedang mengetik huruf - huruf di tuts keyboard . Mendadak detak jantungku berdegup kencang . Bagaimana mungkin ada orang di sana ? Bukankah pada jam setengah sebelas tadi warnet sudah betul - betul kosong ? . Pikiranku terbawa oleh dugaan - dugaan bahwa PC di COM 6 sedang dipakai oleh makhluk halus .

Sempat aku mengabaikan suara itu , namun semakin kuabaikan suara jemari itu semakin intens beradu dengan tuts - tuts keyboard . Bulu romaku meremang . Tubuhku tegang . Aku mulai tak tahan dengan semua keanehan ini . Kukumpulkan keberanianku untuk melihat siapa yang berada di dalam . Kuletakkan sapu ijukku bersandar di dinding bilik . Kulangkahkan kakiku pelan - pelan karena aku sendiri sudah ketakutan setengah mati .

Derap kaki seiring dengan suasana wanet yang semakin mencekam begitu akan memasuki pukul 11 . 30 . Mulai dari COM 1 sampai 5 , aku tidak menemukan keanehan apapun . Kosong . Kini , aku sudah menjejakkan kaki di samping dinding bilik COM 6 .

Aku sempat terdiam beberapa detik menyiapkan mental jika ada sesuatu yang makhluk tak kasat mata muncul di hadapanku . Rasa ketakutan masih menguasai hati . Kukumpulkan setitik keberanian dan nyali memasuki bilik . Aku memang tidak bisa mengontrol rasa takutku , sampai - sampai aku harus menutup kedua mataku . Begitu aku sudah berada di depan bilik , perlahan tapi pasti , aku mulai membuka kelopak mataku dan menjumpai - tidak ada apapun di sana .

Ternyata , tidak sesuai dengan apa yang kupikirkan . Bagian dalam bilik benar - benar kosong . Tidak ada seseorang pun yang mengetik tuts keybord . Komputer mati . Semua dalam kondisi mati total .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun