Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Warnet

4 Mei 2015   17:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:23 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu yang tersisa siang ini kupakai untuk memperhatikan Erni cara mengoperasikan time billing dari masing - masing COM . Ia mengajariku cara mengaktivasi time billing , membuat paket per jam hingga menambah paket . Sepertinya aku tidak terlalu kesulitan untuk memahami apa yang diajarkan oleh Erni , malah aku semakin bersemangat .

Aku tak habis pikir , kenapa Erni yang baru satu minggu berada di sini berniat untuk mengundurkan diri . Menurutku pak Tejo itu orang baik , ia kelihatan ramah dan cara berbicara yang begitu berwibawa . Aku tahu saat aku diwawancarai olehnya . Namun , aku tidak terlalu mau mencampuri apa yang menjadi urusannya , biarlah itu menjadi urusannya sendiri .

Sehari telah berlalu bersama Erni . Kini aku betul - betul siap menjalankan tugasku sebagai operator warnet . Sekarang waktu menunjukkan pukul 21 . 00 . Aku merebahkan diri dan merasakan empuknya kasurku yang sudah disediakan oleh pak Tejo untukku dan untuk Erni juga . Dia berada di kamar sebelah , tak jauh dari kamarku . Usai makan malam bersama dengan pak Tejo dan Erni aku memutuskan untuk ke kamarku . Di sana , aku melepaskan letihku dengan memutar musik di handphoneku menggunakan headset.

Alunan musik yang begitu lambat dan lembut membuatku tak kuasa menahan rasa kantuk luar biasa . Tak pernah aku mengantuk sehebat ini , sekalipun aku pernah bekerja 14 jam dalam sehari di toko handphone tempat aku melamar kerja .

Aku pun tak bisa lagi membuka kelopak matanya sedikit pun dan aku hanyut dalam tidurku .

Aku tersentak mendapati diriku berada di sebuah ruangan begitu remang hingga aku harus memaksimalkan kerja mataku . Sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa dengan suasana ruangan itu . Telingku menangkap sayup suara jeritan , lebih tepatnya suara jeritan wanita . Aku merasa kurang yakin dengan suara yang kudengar , coba menajamkan pendengaranku dan melangkah mengikuti sumber suara itu .

Tolooong !

Suara itu makin jelas terdengar . Sekarang aku yakin itu benar - benar suara wanita , namun jeritan itu begitu lirih dan menyayat hati . Siapapun pemilik suara itu , pasti ia dalam kondisi terdesak , amat membutuhkan pertolongan . Aku harus cepat menemukannya .

Kondisi jalan yang sangat remang dan diselimuti hawa - hawa angker , tak menyurutkan niatku untuk menemukan pemilik suara itu . Aku makin mempercepat langkah kaki hingga aku melihat sesuatu di hadapanku .

" TOLOONGG ! "

Sesosok makhluk berbadan bongsor berambut gimbal , matanya sebesar bola pingpong merah menyala .Kulit hitamnya ditumbuhi rambut - rambut kasar dan lebat tengah menatapku penuh amarah . Aku tak bisa menggerakkan badanku bahkan mataku terus terbeliak memandangi makhluk mengerikan itu .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun