Ia sudah menapakkan kedua kakinya di sana . Kemudian , dirinya menekan kontak lampu untuk membuat suasana lebih terang . Lampu pijar itu bukan bersinar terang , tapi ia sedikit temaram , membuat bulu romanya bergedik . Ia memberanikan diri melihat lukisan di samping ksatria itu - lukisan perempuan yang tadi siang dibeli oleh ayahku .
Aku mendekat dan menatap sepasang bola matanya lekat - lekat . Bola mata jernih itu seolah membalas tatapanku . Ia mulai merasa tiupan angin lembut meraba tengkuknya .
" Berani - beraninya kau melihatku ?! "
Suara serak itu menyentaknya . Endra gugup , menoleh ke kanan - kiri - belakang , mencari sumber suara itu . Namun , tidak ada siapapun sampai ia melihat sesuatu .
" Kenapa ?! "
Astaga ! Dirinya melihat sepasang bola mata di lukisan itu betul - betul menatapnya . Urat matanyamemerah dan segaris bibir tipis pucat mengeluarkan suara serak tertahan .
" Kenapa ?! "
Ia terus mengulangi kata - kata itu . Badannya bergetar hebat begitu mengetahui lukisan itu benar - benar hidup . Kepala berkunang - kunang . Ia tak sanggup menahan rasa takut yang sudah membludak di ubun - ubun . Tapi iatak bisa berpaling dari sana -- sendi kakinyakebas .
Tak sadar , air mata mengalir deras dari sudut pelupuk matanya . Sekarang , bola mata dan bibirnya mengeluarkan darah segar berbau amis menyengat . Perempuan dalam lukisan itu hampir tertutupi darah . Jantung berdegup tak beraturan , melihat pemandangan horror itu .
Akhirnya , dengan segenap doa dan kekuatan yang bisa ia kumpulkan, Endra mundur dari sana . Ia tidak memperdulikan lagi makanan dan minuman yang dibawanya . Yang penting , ia bisa sampai ke kamar dengan selamat .
Ia masuk ke kamar dan melompat tergesa - gesa ke arah tempat tidur. Ia menudungi seluruh tubuhku dengan selimut merah tebal .