" Bagaimana keadaan ayah saya , dok ? " tanyanya memelas .
" Ayah Anda masih belum sadarkan diri . Namun , kita berdoa saja agar ayah Anda cepat pulih . " ujar sang dokter .
Ia hanya bisa tertunduk lesu melihat keadaan ayahnya memprihatinkan dan dokterr beralih dari hadapannya . Dari kaca tipis yang tertempel di pintu kamar , dirinya melihat sesosok perempuan tengah memandang ayahku . Wujudnya tetap mengerikann sama seperti saat ia melihatnya di sekolah . Â Sadar ia telah dipergok , ia menghilang .
" Ini pasti ada hubungannya dengan lukisan itu . Aku harus menyelesaikannya sebelum terlambat . " tukasnya dalam batin .
Endra memacu sepeda motorku ke tempat kami membeli lukisan itu - Pasar Horas . Banyaknya kendaraan bermotor padat merayap di jalan , membuatnyaharus berhati - hati dan mengurangi kecepatan .
10 menit waktu yang ditempuh dari Rumah Sakit Vita Insani ke Pasar Horas dan ia telah tiba . Dirinya memarkir dan mengunci sepeda motornya di tempat parkir yang disediakan . Ia menuju ke dalam bangunan utama pasar . Sarat akan pedagang dan manusia yang hilir balik memenuhi koridor jalan . Dirinya memutar mata , mencari toko di mana ayahnya membeli lukisan itu . Padat dan sesak yang mendesak dada di antara ratusan orang lalu lalang dan - aku melihatnya - toko itu dan maju ke sana .
Tapi sialnya toko itu sudah tutup hanya tersisa plang yang menempel di atas dinding . Salah satu pedagang yang melihat dirinya kebingungan , menghampirinya .
" Cari siapa ya bang ? "
" Oh , kira - kira yang punya toko ini ke mana ya , kak ? "
" Yang punya toko ini sudah tidak berjualan lagi , tapi ia sebelum ia pergi , sang pemilik menitipkan ini pada saya untuk di sampaikan pada abang . " tutur perempuan pemilik butik di sampingnya .
Endra menerima kertas yang diberikan perempuan itu dan membacanya .