Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukisan Terkutuk

23 Februari 2015   23:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:38 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Oh - itu ?! Semalam aku mau nonton di TV . Eh , tahu - tahunya aku malah ngantuk berat dan lupa membawanya . " Ia menyunggingkan senyum lebar membenarkan perkataannya padahal dirinya sedang menutupi kebohongannya .

" Ya sudah kamu pergi saja , biarlah ayah yang menyimpannya. "

" Ya ayah . Aku pergi . " pungkasnya sambil berlalu dari hadapan ayah .

S'perti biasa, hari senin adalah hari paling ' menegangkan ' untuk para pelajar seperti dirinya . Usai upacara , mereka langsung melakukan presentasi dan tibalah giliran kelompoknya . Ia mengeluarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas presentasi , tapi tangannya menyentuh sesuatu yang dingindan kaku di dalam tasnya .Endra tercekat . Tangannya gemetar terangkat , pelan dan perlahan , ternyata ...

Sepotong tangan !

Endra memekik pelan dan melepaskan potongan tangan itu dari tangannya . Salah satu temannya yang mendengar ia memekik , lalu menegurnya .

" Hei , Endra kenapa kau ?! Kayak abis lihat setan aja kau ! " ujar temannya , Rizal .

" E-er nggak ada apa - apa kok ! Tanganku cuma kesemutan doang ... hehehe . " Aku menggaruk - garuk kecil kepalaku .

" Ya sudah ayo ! Ini sudah mau mulai presentasi . "

Endra langsung maju bersama temannya . Ia pun juga berperan sebagai moderator dalam kelompok itu . Sudah menjadi tugas moderator untuk memperkenalkan diri dan membuka sesi penjelasan materi . Saat memperkenalkan diri , matanya menangkap sosok wanita tengah menatapnya dengan kepala miring ke kiri tertutupi rambut panjang berantakan menutupi wajahnya lalu menghilang .

Ia terdiam sesaat .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun