Aku :Â O, pasti kau baru di sini. Ya, kau pasti baru di tempat ini. Kau akan tinggal pula di sini?
Dia :Â (tertawa) Kau lihat sendiri, aku sama saja dengan kau.
Aku :Â Ya, berarti kau pun baru. Baru kali ini pula aku melihatmu. Tapi..hmm, kau memang sepertinya tidak asing buatku.
Dia :Â Ya, ya..teruskan.
Aku :Â (bangkit dan mendekat) Aku seperti telah lama mengenalmu, terutama suaramu.
Dia :Â (tertawa) Otak lemahmu sedang berpikir? Sudah sejak kapan kau mulai berpikir lagi?
Aku :Â Maksudmu?
Dia :Â Kau dan otak lemahmu itu. Sejak kapan kau mulai bisa berpikir lagi? Setahuku, biarpun mempunyainya, otakmu itu tak pernah kau gunakan.
Aku :Â Kau pun tahu dengan otak lemahku? Wah..siapa kau, Saudara? Menarik sekali. Apakah kau akan tinggal di kamar ini pula?
Dia :Â Tidak penting. Tapi sejak kapan kau mulai berpikir lagi? Kau belum menjawabnya.
Aku : Hmm..aku tidak begitu yakin. Sejak pagi ini, mungkin, kalau kau memaksa ingin tahu. Aku bangun dengan segar dan gembira, tidak seperti biasanya. Mungkin karena disambut olehmu, Temanku. Eh, boleh kan, kau kupanggil teman?