Dia :Â Anjing-anjing yang membuatmu sulit tidur?
Aku :Â Ya! Aku benci anjing! Aku tidak bisa tidur dan marah!
Dia :Â Anjing-anjing yang bergerombol di samping rumahmu itu?
Aku :Â (merasakan sakit yang amat sangat di kepala, berteriak-teriak makin keras) Ya! Mereka bergerombol di samping rumah dan menyalak..menggonggong..berisik sekali!
Dia :Â Apa yang kau lakukan pada mereka?
Aku :Â (menggeretakkan gigi, merasakan kemarahan dan sakit yang bertambah) Aku membunuh mereka! Aku bantai mereka! Aku tebas dengan parangku seperti menebas batang pohon pisang di kebun ayahku!
Dia :Â Ha! Lalu apa yang kau rasakan? Kau puas atau menyesal?
Aku :Â Aku puas! (berteriak-teriak dan berlompatan kesana kemari, membentur-benturkan tubuh dan kepala ke tembok)
Dia :Â (tertawa) Bagus! Dan karenanya mereka memasukkanmu kemari dan bergaul- dengan pil-pil itu. Begitu, bukan? Kau ingat?
Aku :Â (berteriak-teriak dan membentur-benturkan tubuh dan kepala ke tembok dengan berisik)
Terdengar kemudian langkah-langkah kaki yang berat dan suara pintu dibuka dengan tergesa-gesa. Beberapa orang masuk dengan gertakan yang keras dan langsung menangkap dan membantingku ke lantai. Sebuah pukulan benda tumpul di punggung dan sebuah sengatan di leher menaklukanku. Hanya dalam beberapa detik saja kedua kakiku yang meronta-ronta seperti tidak bertulang dan aku manda saja diseret dan dilemparkan ke atas pembaringan.