Mohon tunggu...
Anni Rosidah
Anni Rosidah Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Arah Cahaya

Jaga Selalu cita-cita dan mimpimu. Jangan Pernah kau padamkan. Mesti setitik, cita-cita dan mimpi itu akan mencari jalannya

Selanjutnya

Tutup

Book

Arah Cahaya Part 8 (Jodoh Akan Indah Pada Waktunya)

12 Agustus 2023   19:18 Diperbarui: 7 September 2023   16:35 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segera keduanya menuju kamar mandi paling ujung dengan pintu terbuka sebagai tanda tidak ada orang di dalamnya. Setelah selesai mandi, keduanya kembali ke areal makam untuk berdoa. Sekitar 30 menit kemudian, mereka pun meninggalkan areal makam dengan lega dan bahagia. Saat berjalan ke arah pintu keluar sekali-kali mereka berhenti sekadar melihat-lihat jika ada sesuatu yang  menarik untuk dibeli dan tentunya dengan harga murah. Mereka juga memberi roti maryam dan teh hangat. Roti maryam, roti khas timur tengah itu memang banyak dijual pedagang di areal makam.

                Setelah berjalan hampir 15 menit menyusuri pintu keluar di antara deretan pedagang di areal pemakaman, mereka sampai juga di pintu keluar. Karena tidak ingin ketinggalan kereta, akhirnya Jamilah mengajak Cahaya naik becak menuju setasiun Semut. Tak sampai 15 Menit, akhirnya mereka sampai juga di setasiun yang dituju. Mereka langsung menuju loket penjualan karcis kereta. Namun, karena loket penjualan karcis belum dibuka, akhirnya mereka duduk di tempat duduk paling belakang dari empat baris deretan tempat duduk setasiun yang disiapkan untuk penumpang.

                "Sarapan roti dulu, biar tidak masuk angin," ujar Jamilah kepada Cahaya sambil memberikan bungkusan tas kresek warna putih yang berisi roti maryam dan bungkusan teh hangat serta sedotan warna merah yang ia beli tadi. 

Cahaya pun menerimanya dengan senang hati karena penasaran dengan rasa roti maryam yang belum pernah ia makan sebelumnya. Disela-sela makan, tiba-tiba seorang pria muda yang tampan mirip Winky Wiryawan duduk di sebelah kanan Cahaya.

"Tujuan ke mana Mbak?" tanya pria asing itu dengan senyuman yang sangat manis. "Jombang," jawab Cahaya singkat sambil tersenyum.

Cahaya yang merasa tidak mengenal pria yang menyapanya baru saja kembali melanjutkan makannya sambil ngobrol bersama Jamilah. Pria asing itu pun pergi tanpa disadari keduanya.

                Setelah beberapa waktu menunggu, pria tampan berpakaian hem kotak-kotak biru berlengan pendek dengan calana kain dan bertopi yang tadi bertanya kepada Cahaya kembali duduk di sebelahnya sambil memberikan dua karcis tujuan Jombang. Cahaya pun diam saja karena tidak mengerti maksud pria asing yang tampan itu.

"Tiket buat siapa itu Mas?" sahut Jamilah.

"Untuk Mbaknya dan ibu berdua. Sudah saya belikan. Tujuan Jombang kan?" jawab pria tampan tersebut.

"Lho sudah buka to," jawab Jamilah sambil melihat loket penjualan tiket yang tadi masih tutup. Begitu pun Cahaya, ia melihat loket kereta yang tadi masih tutup ternyata sudah buka dan melihat beberapa orang antre untuk membeli karcis.

                Melihat Cahaya masih bingung apakah harus menerima atau menolak dua karcis yang disodorkam pria tampan tersebut, akhirnya jamilah mengambil tiket tersebut dan mengucapkan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun