Mohon tunggu...
Anni Rosidah
Anni Rosidah Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Arah Cahaya

Jaga Selalu cita-cita dan mimpimu. Jangan Pernah kau padamkan. Mesti setitik, cita-cita dan mimpi itu akan mencari jalannya

Selanjutnya

Tutup

Book

Arah Cahaya Part 8 (Jodoh Akan Indah Pada Waktunya)

12 Agustus 2023   19:18 Diperbarui: 7 September 2023   16:35 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                Setelah lama berbincang-bincang, diketahui bahwa ternyata Heru adalah keponakan temannya Jamilah yang tinggal di Jombang kota. Heru berkunjung ke Jombang untuk main ke rumah neneknya. Semakin akrablah mereka. Cahaya yang dari tadi banyak diam, sekarang lebih cair dan banyak menanggapi pertanyaan Heru.

                Heru, lelaki muda dan tampan yang berumur 23 tahun itu adalah seorang sarjana lulusan D2 Ekstension Unair Surabaya dan sekarang bekerja di PT Telkom di Surabaya. "Kamu setelah lulus SMA rencana mau melan-jutkan ke mana?" tanya Heru kepada Cahaya.

                "Inginnya ikut UMPTN, tapi belum tahu pilih kampus mana," jawab Cahaya.

                "Masih ingin Kuliah," tanya Heru.

                "Iya," jawab Cahaya.

"Menurutku sih, kalau kuliah di Surabaya, kamu ambil kampus yang agama saja. Karena di Surabaya itu pergaulannya bebas. Bahaya. Apalagi kalau anak perempuan," nasihat Heru kepada Cahaya. Cahaya diam tidak berkata apa-apa.

                Setasiun demi setasiun dilalui dengan cepat, penumpang dan pedagang pun mulai berjubel begitu banyak di dalam kereta. Sesekali pedagang menaruh dagangannya di pangkuan para penumpang kereta dan beberapa waktu kemudian penjual mengambil da-gangannya. Jika ada pembeli yang tertarik, pembeli langsung membayar kepada penjual tersebut. Heru pun membelikan telur puyuh, kerupuk ikan dan softdrink dingin kepada Cahaya dan Jamilah. Di tengah perjalanan, ketiganya mulai merasa ngantuk. Jamilah yang sedari tadi mengobrol dengan penumpang ibu-ibu di sebelahnyan juga sudah tertidur pulas. Disusul dengan Heru yang mulai tertidur dan sesekali bersender di bahu Cahaya.

                Suara pedagang asongan onde-onde yang sangat keras di setasiun Mojokerto sontak membangunkan Heru dan Jamilah. Cahaya yang sedari tadi melihat ke arah luar jendela tampak tersenyum kecil.

                "Kita turun di setasiun Peterongan. Sampean turun di setasiun Jombang kota kan? tanya Jamilah kepada Heru.

                 "Boleh tidak Cahaya tak ajak ke rumah nenek?" tanya Heru kepada Jamilah.

                Jamilah menggeleng-gelengkan kepala berulang-ulang sambil memelototkan matanya kepada Cahaya sebagai isyarat agar Cahaya menolak ajakan Heru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun