Mohon tunggu...
Anni Rosidah
Anni Rosidah Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Arah Cahaya

Jaga Selalu cita-cita dan mimpimu. Jangan Pernah kau padamkan. Mesti setitik, cita-cita dan mimpi itu akan mencari jalannya

Selanjutnya

Tutup

Book

Arah Cahaya Part 8 (Jodoh Akan Indah Pada Waktunya)

12 Agustus 2023   19:18 Diperbarui: 7 September 2023   16:35 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu anak majikanku dulu, adiknya Rosidah. Agak miring, stres. Ingin jadi artis tak kesampaian. Tapi tidak mengganggu kok," jawab Jamilah sambil mengangkat tangan kanannya di atas kening. Tanpa menjawab, Cahaya tampak mengangguk-anggukkan kepalanya.

                "Ayo diminum," suruh Rosidah sambil menaruh es sirup merah wadah gelas besar dan cemilan kue kering wadah toples yang dari tadi sudah ada di atas meja. "Sampean sudah sembuh ta? Kapan bisa kerja lagi?" tanya Rosidah kepada Jamilah.

"Minggu depan aku sudah bisa kerja. Ini tadi ke sini ingin ngabari, sekaligus ini saudaraku ingin pergi ke makam Sunan Ampel," jawab Jamilah.

Setelah ngobrol ke sana-kemari, akhirnya Jamilah meminta izin kepada majikannya itu untuk mandi dan salat. "Aku tak ke kamar, mandi dan salat terus ke Ampel," izin Jamilah kepada majikannya itu.

"Oww, iya Yuk," jawab Rosidah.

                Segera Jamilah mengajak Cahaya menuju ke lantai dua di sudut ruang paling selatan dekat dengan tandon air besar berwarna orange. "Ini kamarku di sini," terang Jamilah kepada Cahaya, "Kamu mandi dulu, terus salat, gantian," suruh Jamilah kepada Cahaya sambil memberikan handuk yang ia ambil dari lemari. Cahaya segera menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar Jamilah.

                Untuk seukuran kamar pembantu, kamar Jamilah ini bisa dibilang sangat bagus. Ukurannya cukup luas, ventilasi udara juga cukup. Mungkin karena majikannya sudah menganggapnya seperti keluarga. Setelah keduanya mandi dan salat Ashar, Jamilah dan Cahaya segera turun dan meminta izin pulang kepada majikannya itu.

"Da, aku pulang ya. Mau ke makam Sunan Ampel dulu, besok baru pulang. Minggu depan aku sudah mulai kerja," pamit Jamilah sambil bersalaman dan mencium pipi majikannya yang cantik itu diikuti Cahaya.

                Sambil berjalan menyusuri jalan raya yang ramai dengan mobil dan angkutan umum. Cahaya tampak begitu senang memerhatikan suasana jalan yang ramai. Meski bising dan banyak debu, namun udara tidak lagi panas karena hari sudah mulai senja menambah senangnya mereka berdua berjalan menuju makam Ampel. Tak tampak wajah lelah keduanya. Sambil berjalan, Cahaya bertanya kepada Jamilah.

"Sampean kalau manggil majikannya kok tidak pakai panggilan ibu, Mbak Jamilah? Langsung manggil nama," tanya Cahaya kepada Jamilah yang ingin ia tanyakan sejak tadi.

"Rosidah itu dulu anak majikanku. Dari kecil aku yang momong. Sekarang setelah dia menikah jadi majikanku. Ya aku manggilnya tetap Rosidah saja, tidak pakai ibu atau juragan. Sudah seperti adik sendiri," terang Jamilah, "Lebih enak, Rosidah ya tidak keberatan," tambah Jamilah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun